Advertise 728x90

Tadarus al-Qur'an (4); Takwa; sebuah proses

Written By Unknown on Monday, November 6, 2017 | 6:50 AM



Alhamdulillah, pada siang hari tadi kita telah melewati hari ke-4 pada bulan puasa tahun ini, seolah-olah tanpa terasa sama sekali kalau kita sedang berpuasa. Entah kenapa saya merasakan waktu begitu cepat dan empat hari Ramadhan berlalu begitu saja tanpa di isi dengan amaliah yang menunjang peningkatan kadar ketakwaan kita. Tapi ya sudahlah, yang penting kita sudah berusaha.
Oh iya, membicarakan tentang takwa, ada sebagian orang—dan  mungkin saya termasuk dari ‘sebagian’ tersebut—yang menduga bahwa "takwa" itu merupakan hasil atau buah yang dihasilkan dari berbagai macam amaliah ibadah. Dan dalam membenarkan dugaan ini, mereka pun tak jarang menjadikan ayat-ayat suci al-Qur'an sebagai legitimasi pembenaran. Semisal kasus puasa yang sedang kita jalankan ini, maka mereka mengatakan bahwa tujuan berpuasa adalah untuk meraih ketakwaan, ini sesuai dengan firman Allah:
لعلكم تتقون
"Agar kalian bertakwa"
Jadi, seolah-olah takwa itu adalah hasil, menjadi orang bertakwa adalah tujuan. Kurang lebih begitulah pemahaman sebagian umat Islam, dan saya sendiri beberapa waktu yang lalu juga memiliki pemahaman yang demikian juga. Namun dalam satu kesempatan, saya menemukan bahwa takwa dan predikat "Muttaqin" itu bukanlah hasil, namun itu lebih pada proses. Pemahaman yang demikian ini saya dapatkan setelah membaca tafsir imam As-Suyuti atas surat al-Baqoroh ayat ke-2. Dalam tafsirnya as-Suyuti mengatakan:
(المتقين) الصائرين إلى التقوى بامتثال الأوامر واجتناب النواهي
"[Untuk orang-orang yang berpredikat Muttaqin] (yakni) orang-orang yang berubah menuju kepada ketakwaan dengan menuruti segala perintah dan menjauhi semua larangan"
Dari tafsiran as-Suyuti di atas, saya memahami bahwa sebenarnya Takwa adalah proses secara kontinue yang dilakukan seseorang guna menggapai ridha Allah. Sebab jikalau kata "Muttaqin" diartikan sebagai "orang yang sudah"—bukan sedang berproses—niscaya kata "Huda" yang bermakna petunjuk tidak akan memberikan makna apa-apa, sebab seorang dengan predikat sudah takwa, tidaklah lagi diberi petunjuk, karena hidupnya sudah dipenuhi dengan berbagai warna warni petunjuk.
Takwa dengan makna proses ini pun akan lebih memberikan harapan bagi orang-orang seperti saya, sebab secara otomatis pemaknaan tersebut akan memberikan sugesti ringan bagi siapa saja. Berbeda jikalau takwa di artikan sebagai sebuah kedudukan dan posisi spiritual tertentu yang hanya bisa di tempati oleh orang-orang yang tertentu pula, tentunya secara psikis pemahaman yang sedemikian ini akan menjadikan orang-orang yang masih hitam menjadi minder, bahkan untuk berkumpul dengan mereka yang sudah nampak putih pun minder pula. Berbeda dengan makna proses, karena kesan psikologis yang ditimbulkan adalah bahwa semua manusia pada hakekatnya sama, sedang berproses menjadi putih nan indah, yang membedakan adalah sebagian lebih dahulu, sedang yang lain belakangan.
Marilah kita berproses..




Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger