Membicarakan tentang al-Qur'an
itu selalu asyik dan menyenangkan, sebab semakin kita mendalaminya, maka
semakin terbentang dihadapan kita hamparan lautan nan luas tak bertepi. Banyak
mutiara-mutiara indah bertebaran di dalamnya, dan semuanya hanya bisa di
dapatkan oleh mereka yang telah di buka mata hatinya oleh Allah, sehingga mampu
melihat apa yang tidak di lihat oleh umumnya mata.
Salah satu hal unik dari ilmu
yang di ambil dari al-Qur'an adalah berkenaan
dengan "'Adad" atau hitungan dan bilangan yang terdapat dalam
al-Qur'an. Tentunya kita sudah mengetahui bahwa bilangan itu ada yang tunggal,
semisal bilangan 1-9, ada juga yang tersusun, semisal bilangan 11-19, ada jg
bilangan model 10-90 dlsb. Dan semua bilangan tersebut hampir kesemuanya di
sebutkan dalam ayat-ayat suci al-Qur'an. Silahkan dicari dan dicek sendiri
kebenarannya.
Nah, salah satu hal yang
menarik perhatian saya berkenaan dengan masalah bilangan ini adalah masalah
bilangan Umur baginda Nabi yang ternyata sudah diisyarahi oleh al-Qur'an. Tepatnya
pada ayat terakhir dari surat al-Munafiqun yang berbunyi:
ولن يؤخر الله نفسا إذا جاء أجلها والله خبير بما
تعملون
“Allah
tidak akan pernah untuk memperlambat (kematian) seseorang, jikalau ajalnya
sudah datang. Allah adalah dzat yang maha mengetahui apa saja yang kalian
lakukan”
Surat al-Munafiqun adalah surat
yang ke-63 dalam urutan surat yang terdapat dalam mushaf yang kita kenal selama
ini. Sedang ayat di atas merupakan ayat terakhir yang membicarakan tentang:
1. Ajal pasti
akan datang menjemput seseorang.
2. Saat ajal
datang, maka tidak ada yang bisa menolaknya maupun menghambatnya.
Dan tentunya sudah tidak asing
lagi dalam pengetahuan kita, bahwa umur baginda Nabi Muhammad saw pun 63 tahun.
Jadi ada keserasian antara urutan surat, ayat terakhir dan umur Baginda Nabi.
Wallahu A'lam, apa ini othak-athik mathuk sehingga masuk
dalam cocologi atau memang sudah di setting demikian oleh Allah yang menurunkan
wahyu.
Lebih menarik lagi, kalau kita
mengetahui bahwa surat yang berada setelah Al-Munafiqun adalah surat
at-Taghobun, yang artinya adalah kerugian. Seolah-olah ingin mengingatkan
kepada kita bahwa wafatnya Nabi Muhammad merupakan kerugian (Ghubnun)
besar bagi umat manusia. Sebab dengan wafatnya sang Nabi, maka secara otomatis
terputus pula Coneck antara bumi dan langit yang selama hidup beliau terjadi
karena turunnya wahyu.
Ini baru salah satu keindahan
al-Qur'an yang bisa di kuak dari satu sisi. Belum jikalau sisi-sisi yang lain
pun juga dihidangkan kepada kita, tentunya sangat indah dan menyenangkan.
Semoga
bermanfaat
0 komentar