Oleh:
Ahmad Athaillah
Ketika mengenal Syaikhina KH.
Sa'id Abdurrahim, belum pernah saya melihat orang yang lebih hobi membaca
melebihi beliau, bahkan sampai saat ini pun saya belum menemukan yang selevel dengan beliau dalam hal membaca.
Level beliau bukan lagi sekedar hobi, tapi sudah cinta mati dengan membaca.
Bahkan menurut saya sudah level Maqam Fana’ dalam hal membaca.
Seperti yang beliau pernah
ceritakan sendiri, beliau pernah membaca sebuah kitab hingga ketika berada di
toilet. Beliau ketika menceritakan hal itu sebelumnya berpesan, jangan sampai
kami meniru, membaca kitab ketika di WC. Saya memahami hal itu sampai terjadi
kepada beliau karena beliau ketika membaca kitab waktu itu seolah sudah fana’.
Beliau menceritakan ini ketika sedang bercerita bahwa Ibnu Taimiyah itu kalo sudah kadung belajar, bahkan ketika sedang di jamban pun beliau tetap belajar, dengan menyuruh salah satu muridnya membaca kitab di luar WC dan beliau bisa mendengar dari dalam.
Beliau menceritakan ini ketika sedang bercerita bahwa Ibnu Taimiyah itu kalo sudah kadung belajar, bahkan ketika sedang di jamban pun beliau tetap belajar, dengan menyuruh salah satu muridnya membaca kitab di luar WC dan beliau bisa mendengar dari dalam.
Kecintaan Mbah Sa'id membaca
kitab ini sudah sejak muda. Diceritakan bahwa kebiasaan beliau sejak masih
sekolah dulu, ketika hendak bepergian itu beliau akan mengambil satu atau
beberapa lembar dari kurasan kitab, lalu beliau lipat dan masukkan saku, agar
ketika di bus dan di tempat tujuan nanti beliau masih tetap bisa membaca.
Menurut cerita seorang alumni,
beliau pernah memberi sejumlah uang kepada satu santri untuk dibelikan kitab “Asybah
wan Nazhair”, lalu mengajak santri itu untuk mengaji pada esok harinya,
bertempat di kamar Al Hambran 1. Beliau mulai membaca kitab “Asybah”
pada jam 8 pagi dan mengkhatamkannya pada jam 4 dini hari. Kitab setebal itu
beliau lahap hanya dalam satu hari, 20 jam tidak berhenti membaca kecuali untuk
sholat dan sesekali minum, hanya minum saja, beliau tidak makan selama 20 jam
itu, beda dengan si santri yang masih makan juga.
Hingga saat ini pun, beliau
terbiasa bepergian dengan membawa kitab, kadang tidak hanya satu dua, bahkan
setumpuk kitab ada di kursi belakang mobil, di samping tempat duduk beliau.
Hingga ada kejadian lucu gara-gara hobi beliau satu ini. Ketika itu beliau
mengajak sopir pribadi beliau pergi ke Kota Tuban untuk beberapa keperluan. Selesai
keperluan di sebuah toko, beliau pun keluar menuju mobil yang sudah parkir di
depan toko. Beliau membuka pintu belakang mobil sedan Honda Accord dan..
"Breggg"
"Breggg"
Terdengar suara pintu mobil
sudah tertutup kembali tanda beliau sudah duduk di dalam, sopir pun menginjak
gas meluncur menyusuri jalanan kota Tuban. Lama sopir menunggu kog Mbah
Said hanya diam, tidak mengarahkan kemana tujuan selanjutnya, kog tidak
seperti biasanya, ini mau pulang atau masih ada tempat lain yang mau dituju.
Karena merasa kelamaan, akhirnya si sopir yang mulai bertanya dengan logat ngapaknya,
Karena merasa kelamaan, akhirnya si sopir yang mulai bertanya dengan logat ngapaknya,
"Mau kemana lagi ini,
Yai?".
Nunggu lama kog Yai diam
saja, ngga ada jawaban. Si sopir ini pun melirik lirik ke arah spion di
depannya.
"Kog Yai ngga
kelihatan" batinnya, dia pun menengok ke kursi belakang,
"Wadddduuh..Mbah Yai durung
masuk mobiil."
Dia pun langsung balik arah
kembali ke toko tadi. Sampai di toko dia melihat Yai Sa'id masih duduk di depan
toko. Santai. Biasa saja ekspresi beliau, tak ada raut wajah kemarahan, ataupun
kekecewaan. Ternyata tadi waktu beliau membuka pintu mobil, di kursi sebelah
situ sudah penuh tumpukan kitab, maka beliau pun menutup kembali dan hendak
masuk dari pintu lain, eee baru mau pindah malah si sopir nylonong pergi aja. Sepanjang
perjalanan pulang, si sopir merasa sangat tidak enak, antara malu dan takut,
tapi juga lucu..hehe
الله يحفظ شيخنا وينفعنا بعلومه في الدارين . آمين
0 komentar