Kalau kau bertanya kepadaku:
"Apa itu
Akhlak Karimah?",
Maka perhatikan
dan lihatlah Imam Abu Ishaq As-Shirazy berikut ini.
**1**
Suatu hari Imam
Abu Ishaq As-Shirazy--salah seorang Ahli Fiqh kenamaan dalam Madzhab Syafi'i,
penulis kitab al-Muhadzab, al-Luma' dan masih banyak yang lain--memanggil salah
satu santrinya dan berkata:
"Nak, aku
mewakilkan kepadamu untuk membelikan aku sepotong roti dan sebungkus minyak
zaitun, dengan mangkok ini sebagai alat pembayarannya", sambil beliau
memberikan sebuah mangkok kepada salah satu santrinya.
"Nanti,
setelah membeli, letakkan roti dan zait itu pada mangkok yang ini", beliau
kembali memberikan mangkok yang hampir sama dengan mangkuk yang pertama.
Berangkatlah
kang santri guna menjalankan titah sang guru membeli roti dan minyak zait. Namun, ditengah jalan kang santri ini lupa dan
ragu, tadi mangkok manakah yang dijadikan sebagai alat bayar, dan mangkok mana
yang dijadikan sebagai tempat roti dan minyak zait. Tapi kan sama saja,
semuanya adalah mangkok milik gurunya. Tanpa pikir panjang, kang santri pun
membelikan roti dan minyak dari salah satu mangkok yang ada di tangannya, dan
bergegas pulang. Roti dan minyak Zaitun ia serahkan kepada sang guru, namun
keraguan masih menyelinap di sela-sela kalbunya, dengan rada gemetar ia berkata
kepada sang guru:
"Syaikh, Maaf,
tadi saya sebenarnya ragu dan lupa, mangkok manakah yang seharusnya digunakan
untuk membeli dan mangkok manakah yang digunakan sebagai tempat/wadah"
Mendengar
penuturan santrinya tersebut, Syaikh Abu Ishaq pun meletakkan roti dan minyak
Zaitun yang sudah berada di tangan beliau. Tangan Beliau tidak lagi menyentuh
roti maupun minyat Zaitun tersebut, beliau berkata:
لا أدري اشترى الذي وكلته أم بالأخرى
"Aku tidak
tahu, apakah dia membeli dengan apa yang aku wakilkan kepadanya atau dengan
yang lain"
Note:
1.
Dalam Bab Wakalah. seorang wakil (yang dipasrahi) yang sudah mendapatkan
mandat dari Muwakkil (orang yang memasrahkan) dengan sesuatu yang tertentu,
maka dia harus mengikuti apa yang menjadi syarat Muwakkil, kalau tidak maka
tidak sah. Kalau tidak sah, Hasilnya pun juga haram. Dalam Fiqh dikatakan:
والوكيل أمين فيما يقبضه وفيما يصرفه وإن قيد بشيء، اتبع
"Seorang
wakil adalah orang yang amanat terhadap apa yang dia terima dan apa yang dia
belanjakan. jikalau wakalah di tentukan dengan sesuatu (oleh Muwakkil), maka
harus diikuti"
2.
Imam Abu Ishaq sudah sangat paham bahwa akad yang tidak sah sesuai Syariat,
maka hasilnya pun juga haram. Bisa saja beliau berkelit denga kaidah
"keyakinan tidak bisa dikalahkan dengan keraguan", karena memang
kenyataannya sang murid lupa, tetapi beliau memilih wara', dengan tidak mau
menyentuh sama sekali roti dan zaitun tersebut.
**2***
Pernah dalam
satu waktu, Syaikh Abu Ishaq sedang berjalan bersama dengan santri-santri
beliau menyusuri lorong-lorong kawasan Iraq. Tiba-tiba datanglah seekor anjing
yang menghalangi perjalan mereka. Dengan keras dan penuh amarah, salah satu muridnya
membentak-bentak anjing tersebut, mengusirnya dan bahkan hampir saja
melemparinya dengan batu. Sambil mengumpat-umpat:
"Hewan najis, huss".
Mendengar hal
itu, Syaikh Abu Ishaq marah, beliau menyuruh salah satu muridnya tersebut untuk
diam dan tidak boleh mengusir apalagi membentak-bentak anjing tersebut. Dengan
sedikit marah beliau berkata:
لم طردته عن الطريق أما
علمت أن الطريق بيني وبينه مشترك
"Kenapa engkau mengusirnya dari jalan ini. Apakah engkau tidak tahu bahwasanya jalan ini milik umum, sehingga aku dan anjing tersebut memiliki hal yang sama (Musytarok)"
note:
1.
Anjing memang Najis dalam madzhab Syafi'i, tetapi bukan berarti kita boleh
mencaci maki, melemparinya dengan batu, mengusir atau mengumpatnya. Kita sendiri sering salah
dalam menilai, banyak dari kita yang langsung menilai jikalau seseorang
memiliki anjing, maka dia langsung dinilai sebagai non muslim, ini adalah
penilaian dan persepsi yang salah kaprah, dan harus diluruskan.
2.
Di sini seorang Imam Abu Ishaq pun memberikan segala sesuatu sesuai pada
haknya. Inilah sikap adil. Anjing yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan
masalah hukum syariat, kecuali dia sebagai salah satu objek hukum, tapi beliau
tetap memberikan hak pada anjing itu untuk lewat di jalan Umum yang memang
bukan hak beliau.
0 komentar