Advertise 728x90

Qashidah Al-Fatihiyyah

Written By Unknown on Monday, September 12, 2016 | 10:46 AM



Ceritanya, dulu Gus Lukman Hakim Jamiel itu mau jalan-jalan ke Turki. Di samping untuk menjenguk adik ceweknya, beliau juga sangat ingin sekali menziyarahi Sultan Muhammad Al-Fatih. Mendengar kabar itu, hati ini sangat puengen pake banget untuk ikut terbang ke sana. Bayangan taman-taman indah Turki, kerlap-kerlip lampunya, jalanan yang bersih dan tentunya Masjid Al-Hambra, sudah benar-benar bergelantungan di pelupuk mata. Seolah-olah memang aku sudah berada di Turki. Tapi apa di kata, nasib kere itu memang sering kali menyulitkan kita untuk sekedar berpetualang. Ditambah lagi, waktu itu konflik di Suriah baru mulai awal-awalnya. Oleh karena itu, pihak kampus tidak lantas memberikan Izin keluar negeri kepada sembarang mahasiswa, kecuali bagi mereka yang memang benar-benar ada kebutuhan mendesak (Hajah Mulihhah). Akhirnya berontho yang sudah mengubun-ubun itu pun menjadi tidak mungkin terealisasi.
Akhirnya, rencana dan harapan indah itu pun gagal total. Impian indah itu hanyalah tinggal mimpi di siang bolong, tak menjelma menjadi kenyataan yang bisa diraba. Nah, demi mengobati ke-galau-an hatiku ini, aku sempatkan menggores-goreskan pena yang sedari pagi sudah menemani jari jemariku. Ethok-ethoke ingin membuat untaian-untaian puisi guna me-wadul-kan kegalauanku ini pada Sultan Muhammad Al-Fatih. Ya, kegalauanku yang tidak hanya disebabkan oleh ketidak jadianku pergi ke Turki, lebih dari itu, aku juga galau melihat negeri Syam hancur dan luluh lantah diobrak-abrik oleh zombi-zombi buatan musuh kemanusiaan itu. Berapa banyak nyawa yang melayang sia-sia di sana. Betapa banyak darah-darah yang mengalir, yang tanah pun mungkin menangis saat tertumpahi darah-darah itu. Anak-anak menjadi Yatim, kehilangan ayah atau bahkan orang tua mereka. Wanita-wanita menjadi janda, tak ada yang menghidupi mereka. Sungguh memilukan kawan. Setiap aku mengintip dari sela-sela jendela, yang nampak hanya pemandangan anak-anak kecil dari Suriah yang bermain-main di pinggir jalan. Semestinya mereka kan masih duduk di bangku-bangku sekolah, tapi peperangan yang tak jelas itu, menjadikan mereka harus sekolah dan berguru pada jalanan dan realitas kehidupan yang pahit nan mencekam itu. Sungguh mengerikan kawan.
Dari konflik Suriah itu aku belajar betapa rasa aman dan tentram merupakan nikmat yang luar biasa dan tidak dapat dinilai dengan barang berharga duniawi apapun. Di samping aku juga belajar betapa kita sebagai umat Islam janganlah mudah untuk terprovokasi dan tersulut amarahnya, hanya gara-gara berbeda madzhab, pemikiran maupun ijtihad. Salah satu sumbu yang dijadikan alasan untuk mengobarkan perang saudara di Suriah adalah tuduhan buta yang menyatakan bahwa presiden Basyar Assad adalah seorang penganut Madzhab Syi’ah—walaupun kebenarannya pun belum pasti—yang oleh neo Khowarij era modern ini divonis kafir. Sehingga dengan semangat tinggi dan membabi buta, mereka berusaha untuk menumbangkan dan melengserkannya. Ya, seolah-olah mereka hendak menghabisi seorang pemimpin Syiah dan para pengikutnya, tapi kenyataan yang ada, korban perang Suriah sebagian besar adalah orang-orang Sunni Asy’ari seperti kita ini. Kenapa demikian? Sebab mayoritas rakyat Suriah adalah pengikut madzhab Sunni-Asy’ari. Sama halnya dengan Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya adalah pengikut madzhab Sunni-Asy’ari, tapi lagi-lagi neo khowarij modern ini pun melakukan propaganda sama di negeri tercinta kita. Mereka kembali menawarkan dagangan busuk dan murah mereka guna mengguncang stabilitas kemanan negeri kita. Isu Sunni vs Syiah kembali di gulirkan, dan ternyata tidak sedikit dari saudara-saudara kita yang termakan isu tersebut. dan tidak menutup kemungkinan jikalau Indonesia akan di suriah-kan juga. Semoga hal itu tidak terjadi. Sebab kalau sampai terjadi, maka lagi-lagi yang menjadi korban adalah kita, kaum muslimin Sunni-Asy’ari, sebab kitalah mayoritas di sini. Dan tentunya, neo khowarij itu tidaklah hanya mengincar kaum Syiah saja, tetapi tujuan utamanya adalah kita juga, kaum Sunni-Asy’ari.
Yah, aku tak ingin kembali meratapi nasib saudara-saudara kita di Suriah hari ini. Sebab aku Yakin, Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya pada mereka. Untuk Gus Lukman Hakim Jamiel, di bawah ini adalah pesanan njenengan. Sebenarnya saya sudah lupa kalau pernah menulis puisi-puisi di bawah ini. Tetapi njenengan mengingatkan kembali. Sengaja saya tulis di catatan Facebook ini, ee mungkin saja ada selain njenengan yang bisa mengambil pelajaran. Atau bisa juga saya jadikan pengingat diri saya pribadi. Dan bagi teman-teman semua, kalau-kalau ada yang salah, tolong koreksinya ya. Suwun Gus. Silahkan ini puisinya:

يَهِيمُ فؤادي إذ سمِعْتُ بِمدْحِكا # ولا سِيَّما مدحُ النَبِيِّ محمَّدِ
"Rasa rindu itu mencekam hatiku saat mendengar pujian tentangmu, terlebih lagi adalah pujian dari baginda Nabi Muhammad"
ويَرْحلُ قَلْبِي طائرًا بِهُيَامِهِ # يُقَبِّلُ شوقًا تُرْبَ قَبْرٍ مُمَجَّدِ
"Hatiku pun terbang membawa kerinduannya. Ia mencium tanah kuburan mulia itu dengan penuh kerinduan"
وتَأْخُذ مِنِّيْ هَيْبَةُ القَبْرِ تَغْمُرُ # فؤادي بِمَجْدِ ذا الإمَامِ المُجَاهِدِ
"Haibah (keagungan) kubur mulia itu telah mencengkram hatiku, ia pun menyelimuti hatiku dengan kagungan sang Mujahid ini"
أرَى وَجَلَ الجَلالِ يُسْلِيْ مَفَاصِلِي # وَحَقٌّ لَهُ بِذا الوقَارِ المُصَمَّد
"Aku melihat rasa malu (yang bercampur dengan) keagungan telah menjadikan seluruh persendianku tubuhku menjadi lemas. sungguh, memang kuburan ini berhak mendapatkan keagungangn istimewa ini"
سلامٌ عليك حَائِزَ المَجْدِ و العُلَى # سَلامٌ على سُلْطانِ فَتْحٍ مُحمَّدِ
"Salam sejahtera bagi anda, wahai orang yang merengkuh keagungan dan kemuliaan. Salam sejatera bagimu, duhai Sultan Muhammad Al-Fatih"
تَسِيْلُ عُيُونِي عَبْرَةً بِشِكَايَةٍ # إِليكَ أَلا عُدْتَ بِسَيْفٍ مُهَنَّد
"Air mataku pun bercucuran dengan begitu deras, ia mengadu kepada anda. "Duhai, andaikan anda kembali dengan menenteng pedang yang tajam"
ألا إنَّ أُمَّةَ النَّبِيِّ قَدِ اعْتَرَتْ # عليها مَكَائِدُ العَدُوِّ المُبَدَّدِ
"Dengarkanlah...sungguh umat Nabi telah serang dengan berbagai tipu muslihat musuh yang layak untuk di hancurkan"
فِلِسْطِينُ تَبْكِي بِالدِّمَاء مُوَلْوِلاً # وتَعْدُو بِها أَيْدِي الطُّغَاةِ فَأَنْجِد
"Palestina menangis dan meracu, air mata darah bercucuran. Ya, dia telah di dholimi oleh tangan-tangan tirani yang lalim, maka tolonglah"
و أَرْضُ الشَّـآم زُلْزِلَتْ بِالتَّقَاتُلِ # وجَمْرَةُ حَرْبٍ أُشْعِلَتْ بِالتَّوَقُّدِ
“Tanah Syam telah gonjang-ganjing dengan peperangan dan pembunuhan. Kobaran Bola api peperangan telah benar-benar di sulut"
ومَكَّةُ حلَّتْهَا نُفَاةُ التَّوَسُّلِ # كذلك طَيْبَةُ الحَبِيْبِ مُحَمَّد
"Sementara tanah Makkah sendiri, telah di kuasai oleh mereka yang menolak Tawassul. Begitu juga tanah penuh kedamaian (Thoybah) milik kekasihku, Muhammad"
أَقُولُ وَوَاسُلْطَانِيَاه أَغِثْ لَنا # بِجَاهِكَ عِنْدَ رَبِّ عَرْشٍ مُوَحَّدِ
"Aku pun hanya mampu berkata; Oooo...Duhai Sultanku. Berilah kami pertolongan, berkat kedudukan anda dengan Tuhan pemilik Arasy Yang Esa"
فَخُذْ ذِي شِكَايَةُ العَبِيْدِ المُذَلَّلِ # لَدَيْكَ مُؤَمِّلاً إِعَانةَ أَمْجَدِ
"Tolong, perhatikanlah pengaduan hamba yang hina ini kepadamu. Yang selalu mengharapkan pertolongan orang yang luhur"
أنَا اسْمِي ْ ضِيَاءُ الحَقِّ فَاشْفَعْ لنا غَدًا # وذَلِك يَوْمٌ لاَ يُلاَذُ بِعَسْجَدِ
"Aku, namaku adalah Dhiyaul Haq, berilah aku syafaat nanti. Ya, pada hari itu,dimana orang tidak bisa berlindung dengan emas (harta)”
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger