Dalam bahasa ke-Nabi-an, kita mengenal istilah Irhash, yakni sebuah pertanda yang ditampilkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa seseorang yang ‘bersama’ tanda tersebut pada akhirnya nanti adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah sebagai pengemban risalah suci dari-Nya. dan tentunya sudah tidak asing lagi kisah-kisah irhash yang bersama-sama menemani baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam sebelum beliau di angkat menjadi seorang Nabi dan Rasul. Mulai dari kisah awan hitam yang mengayomi perjalanan dagang beliau saat bersama Maesaroh, pelayan Khodijah itu. Sehingga beliau dan rombongan tidak merasakan panasnya sengatan matahari sama sekali. Lalu banyaknya tetumbuhan dan bebatuan yang seolah-olah mengucapkan salam kepada beliau, dan masih banyak keajaiban-keajaiban lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.
Nah,
tidak jauh beda dengan para Nabi dan Rasul tersebut adalah para pewaris mereka,
yakni para Ulama dan kekasih Allah (Auliya’). Di antara para pewaris
Nabi tersebut adalah al-Imam Muhammad Bin Idris As-Syafi’i RadhiyaLlah ‘Anhu.
Sebelum menjadi seorang Alim besar nan masyhur, ternyata Al-Imam As-Syafi’i
sudah terlebih dahulu mendapatkan kabar gembira akan kedudukan mulia yang akan
beliau peroleh itu. Kabar gembira tersebut beliau peroleh dari Allah melalui
mimpi-mimpi indah yang beliau lihat semenjak sang imam masih kecil, sebagaimana
hal itu beliau ceritakan sendiri.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqollani dalam
bukunya “Tawalit-Ta’sis fi Manaqibi Ibni Idris” mengisahkan bahwa ada
beberapa mimpi indah yang sebenarnya menjadi semacam kabar gembira (Al-Mubassyrirat)
bahwa sang Imam akan menjadi seorang ‘Alim yang ilmunya menyebar di hampir
seluruh dunia Islam. ibnu hajar berkata bahwa Al-Hakim meriwayatkan dari Al-Hasan
Bin Sufyan dari Harmalah bin Yahya bahwa beliau mendengar as-syafi’i berkata:
“Saat aku masih kecil aku bermimpi melihat seorang lelaki
yang berada di depan kerumunan manusia. Dia sedang mengajari mereka. aku dekati
lelaki itu dan aku berkata kepadanya; ajarilah aku. Lalu lelaki tersebut
mengeluarkan sebuah timbangan dari sarung tangannya dan memberikan timbangan
itu kepadaku, sambil berkata; ini untukmu.
Setelah aku terbangun dari tidur, aku mencari seorang
yang bisa menakwilkan mimpi. Aku ceritakan kepadanya semua yang aku lihat, lalu
dia berkata: “Engkau akan menjadi seorang pemimpin (Imam) yang sesuai
dengan jalan Islam dan Sunnah Rasul”.
Bisa di pahami, bahwa ini adalah
mimpi pertama sang imam berkenaan dengan kabar gembira, yakni saat-saat beliau
masih sangat belia sekali. Sebab arti kecil yang saya tampilkan di atas,
sebenarnya dalam redaksi aslinya menggunakan kata Shobiyyan yang artinya
masih kecil sekali, belum sampai Baligh. Lalu selanjutnya adalah sebuah riwayat
yang di sampaikan oleh al-Imam Al-Baihaqi dari jalur sanad Ali bin Muhammad
al-Qurasyi dari Ar-Rabi’, bahwa beliau mendengar As-Syafi’i berkata:
“Saya bermimpi bertemu dengan baginda Nabi Muhammad Shollallahu
Alaihi Wa Sallam. Lalu berkata kepadaku; “duhai anak kecil”
“Labbaik,
ada apakah baginda Rasul?”, jawabku.
“Dari suku
apakah kau ini?”
“Dari sukumu
duhai baginda Nabi”
“Mendekatlah
kepadaku...!”
“lalu saya mendekati baginda Nabi. Setelah dekat, beliau
mengambil sedikit ludah beliau. Lalu aku buka mulutku, dan beliau mengoleskan
ludah beliau yang suci tersebut pada lidahku, kedua bibirku dan mulutku. Lalu beliau
berkata; sekarang pergilah. Semoga Allah memberkahimu”
Semenjak itu, lidahku tidak pernah lagi terasa lahn dalam
menyampaikan hujjah atau pun syiir”
Begitu juga, Ar-Rabi’ mengisahkan bahwa beliau
mendengar As-Syafi’i pernah bercerita:
“Saat dulu
saya berada di Baghdad, saya bermimpi bertemu dengan Sayyidina Ali bin Abi
Thalib RadhiyaLlahu ‘Anhu. Beliau duduk di sampingku, lalu melepaskan
cincin beliau dan memakaikannya kepadaku. Saat aku ceritakan mimpi itu pada
seorang yang pandai takwil mimpi, ia mengatakan bahwa jika mimpiku itu benar,
maka tidak akan ada tempat di dunia ini, jikalau nama Ali di sebut, kecuali
pasti namamu juga di sebut”
Dalam riwayat lain, di sebutkan bahwa
Imam Syafi’i bermimpi kalau ada seseorang yang sowan kepada beliau. Lalu orang
tersebut membawa semua kitab-kitab sang Imam. Kemudian menyebar-sebarkan
kitab-kitab tersebut ke udara. Saat beliau bangun, lalu beliau menceritakan
kisah tersebut kepada orang-orang yang pandai menakwili mimpi, dan mereka
mengatakan bahwa nanti tidaklah ada sejengkal tanah pun di bumi Islam, kecuali
pasti ilmunya Imam Syafi’i masuk ke situ. Dan memang kenyataannya demikian,
sekarang hampir separuh penduduk bumi ini, mengamalkan ajaran Islam dengan
mengikuti alur metodologi dan pendapat beliau Imam As-Syafi’i. Sungguh memang
allah telah benar-benar mempersiapkan beliau sebagai orang yang di
tunggu-tunggu oleh dunia ini. Semoga kita menjadikan beliau teladan []
0 komentar