Pada suatu malam, aku bersama-sama dengan
Guruku di sebuah Masjid Jami'. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang masuk, dan
berputar-putar mengitari orang-orang yang sedang tidur di masjid tersebut. Tak
lama kemudian, dengan pelan Guru memanggilku:
"Rabi', berdirilah dan
tanyakan kepada lelaki tersebut; apakah dia kehilangan seorang budah hitam
dengan ciri-ciri salah satu matanya terluka"
Lalu aku pun berdiri dan menghampiri lelaki
tersebut untuk dan menyampaikan pertanyaan guruku tadi. Setelah aku sampaikan
pertanyaan guruku, lelaki itu menjawab:
"Benar"
"Kalau demikian, marilah
ikuti aku. Kita temui guruku bersama-sama", ajakku kepada lelaki tersebut.
Lalu kami pun berjalan beriringan untuk menemui
Guruku. Lelaki itu bertanya kepada beliau, apakah beliau melihat budak miliknya
yang sedang di cari-cari. Guruku menjawab:
"Tadi dia lewat sini, carilah dia di
penjara"
Lelaki itu bergegas pergi menuju ke penjara, karena mengikuti
anjuran Guruku tadi. Selang beberapa waktu, lelaki itu datang dan menceritakan
bahwa apa yang di katakan oleh Gurunda itu benar semua. Dalam kondisi
kebingungan seperti ini, aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada
Guruku:
"Duhai guru,
ceritakanlah padaku, sebenarnya bagaimana anda bisa mengetahui itu semua.
Sungguh aku benar-benar bingung dengan semua kejadian tersebut tadi"
"Baiklah. dengarkan...!
Tadi, aku melihat ada orang yang masuk ke dalam masjid, lalu dia berputar-putar
mengitari samping-samping orang yang sedang tidur. Maka dari situ aku menarik
kesimpulan bahwa dia sedang mencari seorang budak yang melarikan diri darinya.
Aku juga melihat, bahwa dia hanya mengitari orang-orang tidur yang berkulit
hitam, sedang yang berkulit putih tidak, maka dari situ aku bisa menyimpulkan
bahwa budaknya yang lari adalah budak hitam, bukan budak putih. Terus, setiap
dia mendekati orang yang tidur, dia selalu memperhatikan bagian mata kirinya,
maka aku bisa menyimpulkan bahwa budaknya yang lari itu terluka salah satu
matanya".
Dengan dercak kagum yang belum hilang dari raut mukanya, si murid
terus melanjutkan pertanyaan:
"Lalu dari mana anda
tahu, kalau budak tersebut berada di penjara, Guru?"
"Saya teringat sebuah Hadis yang bunyinya:
العبد
إذا جاعوا سرقوا وإذا شبعوا زنوا
"Budak itu jika
lapar, maka dia akan mencuri. Dan jika sudah kenyang, dia akan berzina"
Maka saya mengambil kesimpulan, bahwa budak miliknya tersebut lari
pastinya karena melakukan kesalahan. Dan kesalahannya itu tidak akan terlepas
dari umumnya karakter budak, yakni antara mencuri atau berzina. Dan pastinya,
tempat bagi orang yang melakukan kedua kriminalitas itu tempatnya tak lain
adalah penjara".
Si murid hanya bisa diam tercengang penuh
keheranan dan kekaguman atas uraian masalah yang di sampaikan oleh gurunya
tersebut. Ya, Guru tersebut adalah Imamuna As-Syafi'i. Sedang muridnya adalah
Rabi' Al-Muradi. Kisah tentang kehebatan firasat Imam As-Syafi’i sudah tidak
perlu untuk di ragukan lagi. Pernah beliau sedang duduk-duduk dengan gurunya,
Muhammad bin Hasan As-Syaibani, di pelataran Ka’bah. Ada seorang lelaki yang
lewat di depan mereka berdua, tiba-tiba sang guru berkata kepada si murid:
“Ayo, mari kita tebak. Apa pekerjaan
yang dilakukan orang yang barusan lewat?”
“Baiklah, dia adalah seorang penjahit”, tebak
As-Syafi’i.
“Bukan, dia adalah seorang tukang batu”, tebak
Muhammad.
Lalu, keduanya mengutus seseorang untuk menanyakan apa sebenarnya
pekerjaan si lelaki tersebut tadi. dan ternyata, lelaki itu menjawab:
“Dahulu, saya adalah seorang
penjahit, tetapi sekarang saya adalah tukang batu”
Sungguh luar biasa firasat seorang mukmin, oleh
karenanya, benar sekali apa yang di sampaikan oleh baginda Nabi: “Hati-hatilah
terhadap firasat seorang Mukmin, karenanya sebenarnya dia melihat dengan cahaya
pemberian Allah dalam hatinya” []
0 komentar