Advertise 728x90

Taubatnya Abu Nawas

Written By Unknown on Tuesday, November 24, 2015 | 1:31 PM



Kontroversial, itulah kata pertama yang layak disandang tokoh satu ini. Yah, dia seorang pujangga sejati, banyak syair yang telah muncul dari akal cerdas dan jiwa uniknya. Hanya saja, syair-syair karyanya banyak yang merupakan ekspresi dari kecintaannya pada minuman keras atau pujian-pujiannya pada cewek-cewek yang dia cintai. Sehingga ia terkenal dengan penyair Khomriyyat (penyanjung arak) atau Ghazaliyyat (memuji keelokan dan kecantikan wanita). Bahkan ada kumpulan antologi puisinya yang sampai sekarang masih bisa dinikmati, dikaji dan dikritisi.
Yang paling heboh adalah ketika dia meniggal, orang-orang sekampung jadi bingung, kalau melihat kelakuan sehari-harinya yang suka mengumbar kata-kata yang memuji-muji arak, maka orang-orang kampung mengatakan dia sebagai orang yang fasik dan jelek, tapi kalau melihat pembelaan dia terhadap orang-orang miskin dan apa yang telah dia lakukan saat menjadi salah satu tempat mencari solusi problem umat, maka dia dianggap orang baik dan disanjung-sanjung. Yah dialah saudara kita, Hasan putra Hani', orang-orang kampung sering menyebut dia dengan Abu Nuwas alias Bapak Kuncir, karena rambutnya yang seperti ekor kuda.
Tapi saya mungkin punya penilaian lain terhadap dia, karena suatu malam yang tak disengaja dan tak diinginkan, saya mimpi tengah berada di tengah-tengah taman yang indah nan asri, dengan berbagai macam bunga dan tumbuhan lainnya. Tiba-tiba saudara kita ini datang dengan memakai jubah kebesaran, pakaian yang indah nan anggun, dan senyuman yang penuh kesejukan. Aku pun bertanya:
"Gimana kabarmu kang?",
"Baik-baik saja le", jawabnya.
 "Kamu dikuburan ini nyaman nggak? Disiksa atau malah dapat nikmat?",
"Alhamdulillah enak dan nyaman le, ya seperti yang kamu lihat sendiri", jawab dia.
Dengan heran saya bertanya:
"Kok bisa? Kan pean dulunya suka mabuk-mabukan, buat puisi jorok dan lainnya, lho kok sekarang dapat nikmat karena apa?",
"Semua itu karena beberapa bait puisi yang saya tulis, dan sekarang terselip di bawah tempat tidur saya".
Tiba-tiba ada suara membangunkan saya, dan gambar wajah kang Hasan pun buyar dari kedua mataku. Ah, ternyata adzan subuh sudah berkumandang, aku pun wudhu dan shalat subuh. Setelah itu aku langsung bergegas ke rumah kang Hasan dan masuk kamarnya, rasa penasaran menuntunku untuk mengangkat kasur di atas ranjangnya. Di sana ketemukan secarik kertas bertulis:

تأمل في رياض الأرض وانظر # إلى آثار ما صنع المليك
عيون من لجين شاخصات # بأحداق كما الذهب السبيك
على قضب الزبرجد شاهدات # بان الله ليس له شريك
وأن محمدا عبد رسول # إلى الثقلين أرسله المليك

Lihat dan renungilah taman-taman di atas bumi ini dan semua ciptaan Allah sang Raja.
Beberapa mata yang nampak seperti perak itu tajam memandang, dengan bola mata terbuat dari emas yang tercetak manis.
Disangga oleh leher yang terbuat dari mutiara zabarjad, mereka semua bersaksi bahwa Allah tidak ada yang bersekutu denga-Nya.
Dan bahwa baginda Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya kepada manusia dan jin

Aku pun hanya bisa diam seribu bahasa sambil mengulang-ulang kembali aforisme Ibnu Athaillah As-Sakandari:

لا صغيرة إذا قابله عدله ولا كبيرة إذا قابله فضله
Tidak ada dosa kecil jikalau sudah di hadapkan pada keadilan-Nya. dan tidak ada dosa besar jikalau sudah di hadapkan pada anugrah-Nya
Semoga kita mendapat anugrahnya. Amiin []
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger