Advertise 728x90

Wanita-Wanita Tangguh

Written By Unknown on Tuesday, September 29, 2015 | 10:34 AM



Baginda Nabi Muhammad sebagai Insan Kamil merupakan keteladanan sepanjang masa dan dalam berbagai macam kondisi serta posisi. Bahkan, dalam hal menghargai seorang istri pun, beliau adalah sosok yang harus di teladani. Hal itu nampak sekali dari salah satu sabda beliau:
كمل من الرجال كثير ولم يكمل من النساء إلا ثلاث مريم بنت عمران وآسية امرأة فرعون وخديجة بنت خويلد
"Banyak lelaki yang sempurna. Akan tetapi tidaklah sempurna dari kelompok wanita kecuali 3 wanita ini saja. Maryam binti Imran, Asiyah istri dari Fir'aun dan Khodijah binti Khuwailid"
Kenapa ketiga wanita ini bisa mencapai kesempurnaan tersebut? apa gerangan yang telah mereka lakukan? Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam buku Al-Bidayah Wan Nihayah memberikan alasan yang menarik. Beliau menjelaskan bahwa penyebab ke-tiga wanita ini memperoleh sanjungan baginda Nabi adalah karena ketiganya mempunyai peran yang sama, yaitu sama-sama sebagai salah satu penopang dakwah para Nabi. Ya, memang demikianlah kenyataannya. Sayyidah Maryam binti Imran adalah seorang wanita yang melahirkan seorang Nabi dan Rasul yang namanya masih dikenang sepanjang masa, yakni Nabiyullah Isa Alaihis Salam. Sayyidah Maryam telah melahirkan Nabi Isa, lalu beliau membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dan saat Allah telah mengangkat Nabi Isa sebagai Nabi dan Rasul, maka Sayyidah Maryam pun adalah salah satu wanita pertama yang beriman pada ke-Nabi-an Isa tersebut. 
Tak jauh berbeda dengan Sayyidah Maryam adalah Sayyidah Asiah binti Muzahim. Memang beliau adalah istri seorang Raja lalim yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah Tuhan semesta alam. Akan tetapi yang perlu dicatat dengan tinta tebal, beliaulah orang yang telah berhasil menyelamatkan Nabiyullah Musa dari pembunuhan bayi laki-laki secara massal yang dilakukan oleh Raja Fir'aun pada waktu itu. Beliau pulalah yang kemudian meluluhkan hati raja Fir'aun untuk menerima Musa kecil sebagai anak angkat, padahal sebelumnya sang raja lalim itu sudah bersungut-sungut ingin membunuh Musa saat si bayi itu menarik jenggot Fir'aun yang panjang, sebagaimana hal ini dulu seringkali dikisahkan oleh guru-guruku di Madrasah Diniyah. Dan setelah Musa diangkat menjadi Nabi serta memproklamirkan bahwa dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul yang di utus oleh Allah SWT, maka Sayyidah Asiyah pun beriman dan membenarkan ke-Nabi-an putra angkatnya tersebut. Bahkan beliau pun rela untuk membela sang putra angkat saat melakukan perlawanan terhadap ayah angkatnya sendiri, Fir'aun. Jadi, Sayyidah Asiyah pun menjadi salah satu penyebab dan penopang dakwah seorang Nabi Musa, serta beriman pada ke-Nabi-annya.
Membicarakan kisah penyelamatan Nabi Musa oleh Sayyidah Asiyah ini, saya jadi teringat akan kecerdikan KH. Abdul Wahid Hasyim saat dikejar-kejar belanda pada era penjajahan dahulu. Sebagaimana dikisahkan oleh KH. Saifuddin Zuhri dalam buku "Berangkat Dari Pesantren", bahwa Gus Wahid pada waktu itu berkata yang intinya kurang lebih: "Tempat bersembunyi paling aman bagi maling saat dikejar-kejar oleh polisi adalah kantor polisi itu sendiri". Apa hubungannya dengan kisah Sayyidah Asiyah tersebut di atas? Secara pribadi saya mempunyai dugaan kuat bahwa KH. Abdul Wahid Hasyim (Gus Wahid) mungkin terinspirasi dari kisah penyelamatan Allah terhadap Nabi Musa melalui Sayyidah Asiyah. Ya, saat Raja Fir'aun memburu dan membunuhi semua bayi laki-laki yang lahir di Bani Israel secara membabi buta, malahan Allah sendiri menyelamatkan Bayi Musa dari pemburuan dan pembunuhan itu melalui tangan Sayyidah Asiyah, yang lalu membawa bayi Musa itu ke dalam istana Fir'aun itu sendiri. Nalar penyelamatan yang dilakukan oleh Sayyidah Asiyah dengan membawa bayi Musa ke dalam istana tak jauh beda dengan nalar yang dipakai oleh KH. Abdul Wahid Hasyim pada waktu itu. Kalau boleh, saya ingin menyebut ini sebagai "Nalar Politik" Ilahi yang dengan tegas menyatakan dalam Al-Qur'an-Nya:
ومكروا ومكر الله والله خير الماكرين
"mereka hendak melakukan tipu muslihat, dan Allah pun juga melakukan Makar. (padahal) Sungguh Allah adalah sebaik-baik yang melakukan makar"
Ah, tulisan ini malah nglantur kemana-mana nggak jelas. Okelah, kita kembali ke leptope alias pembahasan awal, yakni kesamaan ke-tiga wanita mulia tersebut. Sedang Sayyidah Khodijah Binti Khuwailid, tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua umat Islam bagaimana peran dan pengorbanan yang dilakukan oleh beliau demi tersebarnya pelita islam di seluruh jagat raya ini. Pastinya kita masih teringat bagaimana beliau menawarkan dirinya untuk di nikahi oleh sang calon Nabi, Muhammad muda. Dan setelah Muhammad di angkat menjadi seorang Nabi dan Rasul, maka beliau adalah wanita pertama yang beriman pada ke-Nabi-an Muhammad saat orang-orang menjauhi beliau dan tidak beriman pada ke-Nabi-an beliau. Karenanya tidak heran, jikalau kemudian ada sebagian sejarawan yang menyebutkan bahwa sebenarnya yang berhak menyandang gelar "Shiddiqoh" (wanita yang paling jujur dan paling percaya) adalah Sayyidah Khodijah, bukannya Sayyidah Aisyah. Walaupun ada sebagian sejarawan lain yang lebih cenderung menyematkan gelar "Shiddiqoh" kepada Sayyidah Aisyah, karena beliau adalah putri Abu Bakar yang bergelar "As-Shiddiq". Tidak sampai di situ saja, beliau pun menyerahkan semua harta bendanya untuk modal awal dakwah islam yang umurnya masih sebiji jagung itu. Saya juga masih ingat betul bagaimana Imam Bukhori dalam buku shohih-nya menggambarkan peran Sayyidah Khodijah menyikapi kondisi sang Suami yang sedang dihimpit ketakutan serta kebingungan saat pertama kali menerima wahyu. Pada waktu itu, Sayyidah Khodijah berkata dengan penuh kasih sayang, kesabaran nan ketelatenan yang menurut saya kok menjadi salah satu khas wanita Jawa dahulu, entah dengan wanita Jawa sekarang. Beliau berkata:
"Sungguh demi Allah. Selamanya Allah tidak akan pernah merendahkanmu. Engkau adalah orang yang selalu menyambung shilaturrahim, menanggung orang yang sendirian, membantu orang yang papa, menyuguhi tamu, membantu orang-orang yang tertimpa musibah"
Ungkapan ini adalah support yang luar biasa dari seorang istri kepada sang suami yang sedang gundah dan galau. Bukannya seperti sebagian para istri sekarang ini yang malah menjadi penyebab gundah dan galau para suami. Sehingga banyak saya menemukan orang-orang yang gemuk sebelum menikah, akan tetapi malah menjadi kurus kering setelah mereka menikah, walaupun yang sebaliknya juga banyak. Dan saya juga mempunyai dugaan, jangan-jangan karena prilaku sebagian para istri yang meng-galau-kan inilah, banyak kita temukan para suami yang kemudian lebih memilih untuk berselingkuh. Wallahu A'lam bil Waqi'.
Dari kisah di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa baginda Nabi tengah mengajari kita bagaimana menjadi seorang teladan yang baik. Tidak hanya dalam ranah publik saja, bahkan dalam masalah interaksi suami-istri pun baginda Nabi adalah sebaik-baik teladan. Coba kita perhatikan bagaimana Baginda Nabi mengajari kita (tentunya bagi yang sudah menikah, adapun para jomblo...ya ntar dulu) untuk tidak segan-segan memuji istri-sitri kita jikalau memang mereka telah melakukan hal-hal yang layak untuk dipuji dan disanjung. Di samping para istri pun seharusnya banyak belajar dan mengkaji kehidupan ke-tiga wanita yang telah di puji oleh baginda Nabi di atas.
Dan bagi saya pribadi, yang lebih mencengangkan lagi adalah sabda baginda Nabi di atas yang seakan-akan ingin mengatakan kepada kita bahwa peradaban besar di seluruh dunia ini tidaklah lepas dari tangan para wanita-wanita yang hebat. Bagaimana tidak? Nabiyullah Isa, Nabiyullah Musa dan Nabiyullah Muhammad adalah icon tiga agama besar yang tumbuh dalam rumpun semitik, yakni Kristen, Yahudi dan Islam. Saya tidak mengatakan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Isa adalah kristen, sebagaimana saya juga tidak menyatakan bahwa agama yang bawa oleh Nabi Musa adalah Yahudi. Tidak, karena itu hanya akan menuntun saya jatuh pada perbedaan pendapat yang tidak berkesudahan. Hanya saja, dalam realitas sekarang ini, ketiga agama besar di duni tersebut telah mempunyai pijakannya masing-masing dan juga membentuk budaya serta peradabannya masing-masing, dan ternyata di balik kebesaran dan budaya itu ada beberapa sesosok wanita yang menjadi penopangnya. Bukankah ini hal yang luar biasa? Wallahu A'lam bagaimana kebenarannya, tetapi itulah kajian yang saya pahami dan ingin saya torehkan melalui tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat. Kalaupun ada yang salah, maka saya hanya mampu berkata bahwa saya hanyalah seorang manusia biasa yang tidak ma'shum seperti Nabi. Dan siapa sih di antara kita yang tidak pernah salah?  []
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger