Advertise 728x90

Musalsal Bil Mardho

Written By Unknown on Saturday, November 22, 2014 | 8:52 PM



Dalam ilmu hadis kita mengenal istilah hadis Musalsal, yakni hadis-hadis yang saat
meriwayatkannya para rowi menampilkan sebuah tingkah tertentu—semisal dengan memegang jenggot—atau dengan redaksi tertentu—semisal aku mencintaimu, sebagaimana hadis riwayat Mu’adz—atau yang lain. Masing-masing dari setiap rowi akan menirukan tingkah laku, ucapan ataupun mungkin pakaian yang dipakai oleh para rowi sebelumnya, dan begitu seterusnya. Itulah kurang lebih dari definisi hadis Musalsal.
Ada banyak musalsal yang kita temukan dalam tradisi dan dunia ilmu hadis, ada Musalsal Bil Mahabbah, disebut dengan demikian karena sebelum meriwayatkan hadis, setiap rowi selalu mengatakan: “Ana Uhibbuka”, saya mencintaimu. Ada juga Musalsal Bi Qabdhi-L-Lihyah, disebut demikian karena setiap rowi saat meriwayatkan hadis selalu dengan memegang jenggotnya. Dan masih banyak lagi varian hadis Musalsal yang tentunya akan sangat panjang jika diriwayatkan disini.
Dalam satu kesempatan, gurunda Mbah Kiai Maemoen Zubair pernah dawuhan bahwa beliau pun mempunyai riwayat musalsal yang unik dan banyak. Di antaranya adalah Musalsal Bil Mu’ammarin, disebut dengan demikian karena setiap rowi dari hadis tersebut telah mencapai usia yang panjang dan melebihi umumnya usia umat Muhammad. Kalau usia umumnya umat Muhammad adalah 63 tahun—sebagaimana umur dari baginda nabi Muhammad sendiri—maka para perowi hadis tersebut sudah berumur 80-an lebih atau bahkan pada umumnya mereka sudah berumur 100 tahun lebih. Salah satu contohnya adalah Syaikh Umar Jam’an Tangerang yang mendapat predikat Al-Mu’ammar. Beliau meriwayatkan dari gurunya, Syaikh Nawawi Bin Umar Al-Bantani—bapak kitab kuning Nusantara—yang juga mendapatkan predikat Al-Mu’ammar. Nah, sekarang ini mbah maemoen yang sudah berusia lebih dari 80 tahun, kiranya juga sudah mendapatkan predikat Al-Mu’ammar. Begitu juga dahulu kakek beliau, Kiai Ahmad Bin Syu’aib—yang merupakan salah satu murid dari Kiai Hasyim Asy’ari—juga berumur panjang, tentunya beliau bisa juga mendapatkan predikat Al-Mu’ammar.
Ada sebuah kisah unik dan menarik berkenaan dengan hadis Musalsal ini. Seperti hari-hari biasanya, Al-Hafidz Sidi Ahmad Bin Shiddiq Al-Ghummary selalu melakukan ta’lim hadis di Zawiyah Ghummariyah. Biasanya beliau meng-Imla’-kan hadis sementara para santri mencatat apa saja yang keluar dari mulut beliau. begitulah tradisi ulama dulu dalam kegiatan belajar dan mengajar. Mereka tidak mengenal Iped, notebook dan yang lain, akan tetapi semangat mereka dalam meraih ilmu selalu berapi-api. Namun kali ada yang menarik dan aneh dari sanad hadis yang beliau riwayatkan. Beliau berkata:
حدثنا الأعمش عن الأعرج عن الأصم عن الزمن
Al-A’masy (orang yang sakit pandangan matanya) bercerita kepada kami dari Al-A’roj (orang yang pincang salah satu kakinya) dari Al-Ashom (orang yang tuli) dari Az-Zamin (orang yang lumpuh)”.
Saat mendengar sanad dan hadisnya selesai dibacakan sampai akhir, ada salah satu santri yang cerdik bertanya sambil mengacungkan jari telunjuk:
“Ya Sidi…di Rumah Sakit manakah anda meriwayatkan hadis ini?”
Kontan saja seluruh yang hadir tersenyum dan tertawa mendengarkan pertanyaan yang sangat lucu dan unik ini. Entah karena si penanya yang memang kurang tau dengan istilah di atas atau memang sengaja ingin membuat suasan jadi ger-geran, tapi yang jelas hadis riwayat Al-Hafidz Ahmad Al-Ghummary di atas juga termasuk dalam hadis Musalsal Bil Mardho, yakni hadis yang kesemua rowinya adalah orang-orang yang sakit. Rasa-rasanya kangen dengan humor ilmiah yang demikian ini.
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger