Ma’ruf, sebuah
nama pasaran yang sering kita dengar, sebab saking banyaknya orang yang bernama
Ma’ruf. Bahkan saking ‘pasaran’-nya nama ini, di desaku pun banyak saya temukan
orang-orang yang bernama Ma’ruf dengan berbagai status sosial dan profesinya. Ada
Ma’ruf seorang bakul krupuk tayammum, ada juga Ma’ruf tukang potong
rambut, disamping Ma’ruf-Ma’ruf lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu disini. Begitu juga, jika saya menyebut Kiai Ma’ruf, maka akan
terpampang didepan saya sederet nama Ma’ruf yang begitu banyak dan kesemuanya
bergelar Kiai. Untuk lebih mudahnya, sebut saja nama Kiai Ma’ruf Amin, yang tak
lain dan tak bukan adalah salah satu anggota MUI pusat, disamping juga
merupakan salah satu Mustasyar ormas NU. Mungkin teman-teman dari Kudus juga
teringat dengan Al-Marhum Kiai Ma’ruf Irsyad, yang santri-santri
madrasah Qudsiyah meratapi kepergian beliau dengan sebuah Kasidah yang menawan
nan mengharukan dengan judul “Syaikhana”.
Namun
jikalau saya menyebut nama Al-Marhum Kiai Ma’ruf Zubair Sarang, mungkin
jarang yang mengenal beliau. Bahkan kalangan pesantren sendiri pun belum tentu
mengenal beliau. Paling-paling orang hanya menebak-nebak saja kalau beliau ini
masih memiliki kekerabatan dengan Kiai Maemoen Zubair, sebab ada nama “Zubair”
setelah nama beliau—dan memang kenyataannya Kiai Ma’ruf ini adalah satu-satunya
adik lelaki Mbah Maemoen yang masih hidup. Akan tetapi, bagi santri
Sarang—terlebih lagi adalah santri angkatan tua [dan Alhamdulillah saya sendiri
masuk ketegori masa transisi..hehe]—saat mendengar nama Kiai Ma’ruf, pasti yang
terbayang dalam benak mereka adalah sesosok pria dengan tubuh yang gagah, kulit
kuning nan bersih, rambut terurai panjang yang tak jarang bisa sampai ke bawah
daun telinga, kumis rapi bak Gatot Kaca, hidung bangir serta suara yang
tidak terlalu keras menggelegar, dan tidak pula rendah, suara beliau
sedang-sedang saja. Setiap orang yang memandang wajahnya, akan menemukan telaga
kesejukan nan kejernihan di sana.
Gus
Ma’ruf—begitulah saya mendengar sebagian santri angkatan tua memanggil
beliau—adalah sesosok Kiai yang kenceng, tetapi humoris. Dalam memegang
sebuah prinsip, terutama yang berhubungan dengan pribadi, keluarga maupun
santri, beliau termasuk orang yang kenceng. Tetapi, ke-kenceng-an
itu mampu beliau sembunyikan rapat-rapat dibalik jiwa humorisnya. Dalam satu
waktu beliau pernah berkelakar:
“Wong
Kristen kui aneh-aneh wae…Nabi Isa kui wes apek-apek disebut nabi, ee malah diarani
Roh Kudus. Ngko suwe-suwe ono Roh Demak…Roh Pati…Roh Semarang”, beliau
menyampaikan itu dengan terkekeh.
Mendengar
kelakar beliau ini, sontak saja semua santri yang mengikuti pengajian Tafsir
Munir pun ikut tertawa Kemekhelen. Gus Baha’—panggilan akrab KH.
Bahauddin Nur Salim—pun pernah bercerita kepada saya bahwa suatu hari beliau,
Gus Ma’ruf dan Gus Najih (KH. Najih Maemoen) pernah berkumpul dalam satu
ruangan. Tiba-tiba Gus Ma’ruf nylethuk:
“Kabeh
perkoro kui ono hikmahe Ha’. Makkah dikuasai wong-wong Wahabi yo ono
hikmahe…cobo bayangno nek seng nguasai Makkah kui wong-wong kejawen atau
abangan, watu-watu seng neng duwur Gunung Arofah, Jabal Rohmah, Gunung Uhud kui
ntek kabeh”, Gus Ma’ruf sambil tersenyum-senyum melirik Gus Najih keponakan
beliau.
“Kok
saget Gus?”, Tanya Gus Baha’.
“Yo
iso…la digawe Akik kabeh”, jawab Gus Ma’ruf sambil terkekeh.
Lalu
apakah Gus Ma’ruf mendukung Wahhabi lantaran guyonan tersebut? Tentu jawabnya
adalah tidak. Itu terbukti dari salah satu humor yang pernah beliua lontarkan
dalam satu kesempatan. Beliau dawuhan:
“Nek
jarene dongo nggo mayyit ora tekan, kok yo ora di balikke maneh yo. Padahal nek
tukang pos kok kirimane ora tekan, kan yo di balikke maneh”, sambil terkekeh
juga.
Dari guyonan
ini, saya bisa mengambil satu kesimpulan bahwa sebenarnya beliau ini pun tidak
setuju dengan orang-orang Wahhabi, terlebih lagi beliau pun saat berada di
makkah juga sempat untuk ngaji kepada abuya Sayyid Muhammad Bin Alawi
Al-Maliki yang terkenal getol membela Ahlussunnah Wal Jama’ah di Makkah sana. Lalu
kenapa beliau mengatakan bahwa kekuasaan kaum Wahhabi atas makkah pun ada
hikmahnya? Saya kira ini hanyalah sekedar peringatan dari beliau, bahwa
bagaimanapun segala ciptaan Allah itu pasti ada hikmahnya, sejelek apapun itu.
Walaupun kita juga harus mewaspadai keberadaan wahabi itu sendiri. Yah, begitulah
Gus Ma’ruf yang saya kenal. Walaupun hanya sempat ngaji sebentar saja pada
beliau, namun yang sebentar itu membawa kesan yang sangat mendalam.
Tahun 2010 yang
lalu telah memasuki bulan Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Berduyun-duyun
para santri mulai memenuhi satu persatu bilik-bilik pesantren di Sarang, entah
yang memang asli santri Sarang, maupun santri pondok lain yang ingin mengaji di
Sarang. Dan yang menambah lengkap kebahagiaan kami adalah sebuah pengumuman
bahwa Gus Ma’ruf juga ngori’ kitab Nurud Dzolam, buah karya Kiai
Nawawi Banten. Padahal kabar sebelumnya, beliau sudah sakit keras dan dalam
waktu yang sudah berbulan-bulan beliau telah dirawat di rumah sakit. Tentunya kabar
ini menjadi secercah harapan bagi kesembuhan beliau, dan tentunya merupakan
kabar membahagiakan pula untuk para santri dan Muhibbin beliau.
Sore itu, kami
pun berduyun-duyun menuju ke kediaman beliau—karena memang pengajian pasan
beliau pada sore hari setelah asar—dan begitu masuk ke tempat pengajian, kami
disuguhi sebuah pemandangan seorang ulama sejati yang sangat cinta terhadap
ilmu dan membaktikan seluruh hidupnya untuk ilmu. Gus Ma’ruf yang dulunya sangat
gagah, ganteng dan sangat mempesona setiap mata yang memandang, namun pada sore itu bola mata kami melihat sosok lain
yang berbeda. Tubuhnya yang sangat kurus, saking kurusnya seakan tidak ada
daging yang tersisa dalam tubuh beliau. rona-rona ketampanan itu masih nampak,
walaupun gurat-gurat kelelahan, kesedihan dan tentunya kesakitan yang sangat
nampak sekali di wajah beliau hampir-hampir saja menutupinya.
Satu hal yang
tidak berubah dari beliau, yaitu suaranya. Dalam kondisi yang sedemikian payah,
susah dan sangat lelah, suara beliau masih nampak sangat bersemangat sekali. Dan
humornya pun masih meluncur sedemikian elegannya, tanpa kesan di paksakan sama
sekali. Suara beliau mengindikasikan kebahagiaan yang tak terhingga, walaupun
wajah dan kondisi fisiknya berbicara lain. beliau seakan mengajari kami yang
masih santri-santri belia ini bahwa kehidupan seornag santri adalah kehidupan
ilmu. Kebahagiaan seorang santri adalah kebahagiaan karena ilmu [Hayatuna
Hayatul Ilmi Wa Farhatuna Bil Ilmi].
Tenang rasa-rasanya
hati ini mendengar beliau sudah mengajar lagi, yang tentunya itu menunjukkan
kesehatan beliau yang semakin membaik. Ramadhan memasuki malam yang ke-7. Hujan
angin turun cukup deras dan lebat. Turunnya hujan memaksa saya untuk membenahi genteng
kamar yang sebagian masih saja bocor. Semakin lama hujan pun semakin lebat
saja, ah saya pun basah kuyup karena hujan tersebut. sambaran petir membahana
di sana sini seakan kicauan burung yang kebingungan karena ada sesuatu yang
sedang menimpanya. Angin pun meniup tak beraturan, sehingga kamar-kamar bagian
atas yang tak biasanya kemasukan air, pada malam itu pun terpaksa kebanjiran. Yang
suasana alam sarang pada malam itu seakan memberikan isyarat kepadaku, akan
adanya hal besar yang sedang/akan terjadi. Tapi apa gerangan sesuatu tersebut?
Ya, tepatnya
pada pagi hari ke-7 bulan Romadhan, Sarang kembali menangis atas kepergian salah
satu anaknya yang terbaik untuk kembali lagi ke pelukannya. Gus Ma’ruf Zubair
wafat dengan tenang. Semua mata dipenuhi genangan air mata yang terus mengalir
bak air bah. Setiap mulut tak pernah lelah untuk mengucapkan kalimat Thayyibah
dan Tarji’, entah apakah untuk dihadiahkan kepada Gus Ma’ruf atau
sebenarnya untuk mereka sendiri guna menenangkan jiwanya yang sedang goyah atas
kewafatan beliau ini. Sambaran petir yang membahana disetiap jengkal kaki
langit dan memekakkan setiap telinga manusia tadi malam, seakan-akan adalah
perasaan alam yang menggambarkan hal besar yang sedang atau akan terjadi, dan
memang benar, kewafatan beliau pagi itu memang sangat mengagetkan semua orang
dan merupakan musibah besar bagi umat muslim, khususnya masyarakat Pesantren.
Saya sendiri? Ah
saya malah seperti anak kecil yang tidak bisa menahan air mata yang
rasa-rasanya tak mau kunjung berhenti untuk mengalir. Terlebih lagi saat
melihat Mbah Maemoen—kakak dari Gus Ma’ruf—keluar dari rumah adiknya dengan
wajah yang dipenuhi gurat kesedihan tak terhingga. Mulut ini hanya bisa mewek,
menjerit dan bungkam tak mampu berkata apa-apa. Sungguh saya seperti anak kecil
yang bingung dan linglung tentang apa yang sedang terjadi. Padahal sebenarnya
saya sudah tua dan pongkrang, karena sudah kelas 3 Aliyah. Mas Badruzzaman—salah
satu teman dari Tegal—yang waktu itu berada disamping saya menasehati:
“Wes mas…wes
mas…Insya Allah Mbah Ma’aruf Husnul Khotimah”
Mendengar nasehat
yang sedemikian itu aku tak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab
nasehat Mas Zaman tadi. Saya hanya mampu memeluk tubuhnya yang gemuk dan gempal
itu. Dalam hati saya hanya mampu berkata:
Mendung nampak menggelayut
semenjak pagi itu di langit Sarang. Ribuan Mu’azzin dan Mu’azziyat ikut
mengantar jenazah beliau ke tempat istirahatnya yang terakhir. Dengan isak
tangis yang sangat sendu dan menyedihkan, Mbah Maemoen memberi sambutan atas
nama keluarga, dan beliau atas nama keluarga pula meminta maaf kalau-kalau
almarhum ada kesalahan. Tapi serempak masyarakat dan seluruh yang hadir seakan
sepakat satu kata, kami hanya mengenal beliau sebagai orang baik, orang sholih,
tidak yang lain. Pekik tangis Gus Ari—putra Gus Ma’ruf—semakin menambah
kegalauan hati para pelayat, saya tak kuasa untuk menahan air mata ini untuk
mengalir kedua kalinya. Grentes hati ini rasanya. Hanya sebuah doa yang
mampu terucap dari kedua bibirku ini:
“Allahummaghfir
Lahu War Hamhu Wa ‘Afihi Wa’fu ‘Anhu. Wa Akrim Nuzulahu Wa Wassi’ Madkholahu
Waj’alil Jannata Matswahu Bi Rohmatika Ya Arhamar Rohimin”.
1 komentar:
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل