Advertise 728x90

Hikmah Di Utusnya Nabi Dan Rasul

Written By Unknown on Wednesday, November 12, 2014 | 10:36 PM



Dalam semua ciptaan dan fi’lu Allah selalu terdapat hikmah-hikmah sang tidak semua makhluk mampu untuk mengungkapnya. Akan tetapi, semua itu pasti ada hikmahnya, karena Allah adalah dzat yang maha bijaksana (Al-Hakim) yang tentunya tidak melakukan sesuatu dengan sia-sia tanpa ada hikmah dan manfaat. Salah satu kehendak dan fi’lu Allah adalah mengutus para Nabi dan Rasul. Berikut ini adalah sebagian—hanya sebagian saja, tidak semua—hikmah diutusnya para Nabi dan Rasul.
1.    Dunia ini adalah ibarat sebuah jalan yang harus dilewati oleh setiap insan dalam rangka menuju ke tempat persemayaman dirinya yang sejati. Namun, jalan yang akan dilalui oleh manusia ini tidaklah semuanya mudah dan diterangi oleh pelita. Hanya ada satu jalan saja yang terang, dan sangat banyak sekali gang-gang maupun lorong-lorong dari jalan tersebut yang pelitanya redup, remang-remang atau bahkan gelap gulita, tidak ada pelita penerang sama sekali disana. Disamping jalan-jalan tersebut juga banyak yang terjal, berlubang dan terdapat banyak rintangan disetiap sisi-sisi jalan tersebut. Dalam kondisi yang demikian ini, Allah memberikan 2 bekal bagi setiap manusia yang hendak melewati jalan tersebut. Pertama adalah orang lain yang akan menuntunnya untuk melewati jalan tersebut. orang tersebut sudah sangat paham akan lika-liku jalan yang sangat terjal itu, karena memang ia benar-benar mengetahui seluk beluk jalan tersebut melalui kabar dari sang pencipta jalan itu. Kedua adalah sebuah perangkat lunak yang merupakan pelita yang sudah diciptakan oleh Allah dalam diri setiap manusia. Walaupun sebenarnya pelita ini pun belum cukup untuk bisa menyelamatkan dirinya dari terjal dan bahayanya jalan yang berliku-liku, karena memang  bagaimanapun pelita ini hanyalah sesuatu yang sangat terbatas sekali. Hal yang pertama adalah perumpamaan bagi para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah sang pemilik dan pencipta alam semesta ini. Mereka benar-benar mengatahui hakekat dunia ini—yang merupakan jalan bagi manusia di dunia ini—dan tentunya sangat mengetahui bagaimana cara, trik dan intrik agar bisa melewati jalan dunia ini dengan selamat sampai tujuan. Sedang hal yang kedua adalah perumpamaan akal sehat manusia. Akal memang bisa menunjukkan kepada kita mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, akan tetapi manusia tidaklah bisa bersandar total pada kemampuan akalnya. Karena akal kita sering terjerat serta tertipu oleh khayalan-khayalan Wahm (sak wasangka) yang tidak jelas asal muasalnya. Disamping pengetahuan akal adalah sesuatu yang sangat dibatasi sekali oleh lingkungan dan segala hal yang ada disekitarnya. Kita ambil saja contoh secara mudah adalah seorang pedagang yang sudah mengukur dan menimbang semua urusan perdagangannya dengan berbagai macam teori ekonomi. Namun dalam satu waktu, ternyata ia masih gagal dan rugi juga. Walaupun tidak jarang pula dia mendapatkan keuntungan. Kenapa ia masih rugi? Padahal ia telah mengukur semua dengan timbangan teori ekonomi. Nah, disinilah letak keterbatasan akal—disamping peran takdir Allah—karena teori dan ilmu ekonomi yang dia ketahui paling lama adalah teori yang dihasilkan selama 100/200 tahun yang lalu, sementara dunia ini selalu berubah secara dinamis. Dia tentunya tidak mengetahui teori-teori perdagangan yang telah dihasilkan 1000/ bahkan 2000 tahun lalu. Kalaupun mengetahuinya, itupun belum tentu mereka mengetahui dan memahaminya secara mendetil. Ini adalah keterbatasan manusia tentang hal-hal yang bersifat duniawi, lalu bagaimana ia bisa mengetahui hal-hal yang diluar batas kemampuannya, semisal masalah akherat. Nah, disinilah benar-benar penting di utusnya para Nabi dan Rasul.
2.    Akal manusia sering kalah oleh kesenangan (Syahwat) dan emosional (Ghodhobiyyah) dirinya sendiri. Jarang ada manusia yang bisa menjadikan akalnya alat untuk menundukkan kesenangan dan emosinya, sehingga ketiga perangkat lunak yang telah Allah ciptakan dalam diri manusia ini bisa bersinergi secara harmonis. Nah, karena akal telah tidak mampu untuk mengharmoniskan kedua unsur lainnya, bahkan ia sendiri cenderung kalah dan tunduk pada keduanya, maka sebagai penolong akal, Allah mengutus para Nabi dan Rasul. Para Nabi dan Rasul—melalui ajaran dan amiliah yang dibawanya—mengajari manusia dan akalnya bagaimana trik dan intrik untuk menundukkan kesenangan dan emosional dalam dirinya. Setelah akal berhasil menundukkan kedua unsur manusia tersebut, maka yang terjadi adalah keharmonisan ketiga unsur pokok ini dalam diri manusia. Dengan keharmonisan inilah, manusia bisa benar-benar menjalankan fungsinya sebagai seorang kholifah dan makhluk yang bertugas untuk membangun peradaban dimuka bumi ini. Jadi di utusnya para Nabi dan Rasul memang benar-benar hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan alam semesta.
3.    Semua manusia dengan kemampuan akal sehatnya telah mampu untuk menemukan bahwa alam semesta ini pasti ada yang menciptakan, tidak mungkin sebuah alam yang sangat teratur dengan begini indahnya dan sangat tertib ini tanpa ada yang menciptakan. Semua manusia meyakini hal itu, tanpa terkecuali. Hanya saja, kemampuan akal mereka tidak mampu untuk menemukan dan menyingkap siapakah pencipta alam semesta ini sebenarnya. Sebagian mereka ada yang terjebak dalam alam khayalan mereka, sehingga mereka menganggap bahwa api adalah tuhan mereka. Sebagian mereka ada yang termakan oleh perasaan mereka sendiri, sehingga mereka menganggap orang-orang yang baik adalah tuhan mereka. Dan ada pula yang mengganggap bahwa matahari adalah tuhan mereka, karena mereka sangat merasakan manfaat dari matahari. Dan masih banyak yang lainnya. Nah, dalam kondisi yang demikian inilah fungsi diutusnya para nabi dan rasul sangat nyata sekali. Ya, para Nabi dan Rasul di utus untuk menunjukkan kepada manusia, bahwa sang pencipta adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan makhluk lain seperti dirinya sendiri. Dan masih banyak lagi hikmah yang tidak bisa penulis ungkap dalam buku sederhana ini. Wallahu A’lam Bis Showab.
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger