Advertise 728x90

Gus Wafi Yang Ku Kenal

Written By Unknown on Tuesday, November 11, 2014 | 6:13 PM



Memang dunia pesantren adalah dunia yang sangat unik dan menarik, entah itu santrinya, kiainya maupun cara berfikirnya. Bahkan sekarang ini, setelah beberapa tahun di rumah, saya baru sadar bahwa cara berfikir santri ini memang sangat berbeda dengan umumnya masyarakat sekarang yang mungkin sudah terlalu kenyang dengan American Style.
Alkisah, di suatu pagi yang cerah, kegiatan belajar sudah berjalan seperti biasanya di MA Al-Anwar. semua siswa sudah masuk ke kelas masing-masing, begitu juga dewan guru sudah memasuki kelas di mana mereka mengajar. Dan seperti biasa juga, Gus Wafi Maemon selalu berjalan-jalan mengelilingi kelas-kelas untuk mengawasi kegiatan belajar mengajar berlangsung. setelah mengamati beberapa kelas, beliau sampai di sebuah kelas di bagian ujung dan berhenti sejenak untuk mengamati lebih jauh. Nampaknya ada yang berbeda dari kelas tersebut, dan memang benar, kelas itu sangat berbeda dari kelas lainnya. kenapa? karena ternyata kebanyakan siswanya di waktu sepagi itu sudah pada molor. Beliau berjalan lagi, dan lagi-lagi beliau berhenti untuk mengamati dengan sungguh-sungguh kelas satunya lagi, yang ada disamping kelas pertama tadi. Dan lagi-lagi, beliau menemukan mayoritas siswa yang dengan enaknya molor, sementara si guru hanya menjelaskan pelajaran kepada siswa-siswa lain yang masih sadar.
" Yat..Dayat..yat..Dayat...mrene cung..!"
Dengan glagap Hidayatulloh yang dipanggil segera menghadap: "Geh..pripun Gus?"
"Koncomu kok Do molor kui nopo Yat?"
Dengan clingukan Dayat—karena dia sendiri adalah bosnya molor—pun hanya menjawab sekenanya: "Duko niku Gus".
"Do kurang darah ta piye?"
"Menawi Gus"
"Yo wes...jal itung sak kelasmu kabeh ono wong piro, trus kelas sisehmu seng do molor ono wong piro. iki ono duwit tukokno sate, seng do molor mau, kon do mangan sate, ben do orang kurang darah, dadi sesok ora molor maneh", perintah Gus Wafi kepada Dayat.
Akhirnya, pagi itu Dayat Dkk pun pesta sate besar-besaran berkah dari molor di kelas. Pagi berikutnya Gus Wafi jalan-jalan lagi, dan nampaknya ada pemandangan yang berbeda dari yang kemarin. Dan Gus Wafi pun hanya tersenyum simpul melihat pemadangan Dayat dan kawan-kawannya itu.
********
Masih adakah sekarang guru yang berfikir seperti Gus Wafi?? Andakah salah satu guru tersebut???...hehehe
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger