Advertise 728x90

Wanita Idaman: Seperti Apakah?

Written By Unknown on Wednesday, November 13, 2013 | 8:57 PM


Mungkin jika kita membahas tema di atas, tentunya setiap orang mempunyai ukuran masing-masing dalam menentukan bagaimanakah sosok wanita yang ia idam-idamkan, karena tentunya satu dan yang lainnya mempunyai karakter yang berbeda. ada sebagian kelompok masyarakat mengidamkan seorang wanita yang mempunyai jalur nasab atau turunan yang tinggi, semisal anak seorang kiai, pejabat dan lainnya, hingga jika mereka tidak mendapatkan apa yang di idamkan maka selalu menunda-nunda pernikahannya, hal itu bisa kita lihat dari sebagian kaum santri yang lama di pesantren dan tidak mau segera menikah, dengan alasan karena mereka mencari yang istri yang kufu, yakni putri kiai/minimal juga seorang santri (saya sendiri juga santri lo..jangan salah), tapi apakah ini sebuah aib?? Saya kira tidak juga, tapi apakah itu adalah sebuah karakter idaman yang tepat?? Ada juga sebagian masyarakat yang mengidamkan seorang wanita yang kaya dan raya, sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa harus bersusah-susah bekerja, hal ini bisa kita lihat dari beberapa kejadian nyata dari banyaknya pemuda yang masih belia tapi nikah dengan janda walaupun saya tidak akan mengeneralisir hal itu, apakah ini memang idaman mereka juga?? Ada juga yang mencari seorang wanita yang cantik jelita bagaikan rembulan purnama yang indah, dan yang seperti ini pun banyak kita temui pada rata-rata kaum lelaki, tapi apakah ini memang setandar idaman yang tepat pula?? Mungkin untuk sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ada baiknya saya torehkan sedikit kisah berikut ini
Ada seorang sahabat wanita yang bernama Ummi Sulaim, suatu hari dia di lamar oleh seorang kaya bernama Abu Thalhah, hanya saja dia masih kafir. Ketika Abu Thalhah bertanya tentang mas kawin atau mahar yang di minta olehnya, maka si wanita menjawab dengan tegas: "Yang Kuminta Adalah Kau Masuk Islam", si pria pun dengan tegas mengiyakan dan bertanya: "Itu pasti, tapi apakah kamu tidak menginginkan yang lain semisal emas atau perak?", jawab si mempelai wanita: "Tidak, aku hanya ingin keislamanmu". Akhirnya menikahlah kedua pasangan ini setelah si pria masuk Islam. Dan tidak perlu menunggu waktu yang lama, kedua pasangan ini di karuniai seorang anak lelaki yang imut dan tampan, yang selalu bisa menemani sang ayah dan tentunya menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Akan tetapi panggilan jihad datang, maka dengan berat hati Abu Thalhah meniggalkan sang istri tercinta dan anak yang baru imut-imutnya. Setelah kurang lebih 1 bulan di tinggal sang suami, Ummu Sulaim mendapat musibah yang tidak kecil.
Musibah tersebut adalah meninggalnya putra satu-satunya, buah dari pernikahannya dengan suami tercinta, Abu Thalhah. Padahal kalau di perhatikan, sang putra baru saja mencapai umur di mana orang tua sedang sayang-sayangnya terhadap anak, tapi apa daya takdir Allah sudah terjadi, tidak ada gunanya menangisi susu yang telah tumpah, maka Ummu Sulaim pun bersabar dan tawakkal pada Allah serta ridha atas takdir-Nya. Tapi pelajaran intinya bukan di sini, yaitu ketika sang suami pulang dari jihad dengan keletihan yang luar biasa, dengan kerinduan terhadap anak istri yang membuncah dan tentunya sangat ingin bercanda ria, bermain-main dengan sang anak, lalu bagaimana jadinya kalo ternyata anak tercinta telah meninggal?? Bagaimana pula sang istri menjelaskan peristiwa ini kepada suaminya??? Disinilah tampak sekali peran wanita idaman dalam kehidupan, karena ketika Abu Thalhah (suami Ummu Sulaim) pulang dari jihad, sang istri sudah menyambut di depan pintu rumah dan sudah menghiasi dirinya, sehingga ketika sang suami melihatnya pun jadi senang dan nyaman hatinya, dia menyuruh sang suami untuk mandi dan membersihkan dirinya terlebih dahulu, sementara sang istri menyiapkan makanan dan tempat tidur. Setelah sang suami selesai mandi, maka sang istri mengajaknya untuk makan dan ketika sang suami bertanya: "Di mana anak kita?", maka si istri menjawab: "Ia sedang terlelap tidur di tempat yang nyaman", maka sang suami pun melanjutkan makannnya sambil tersenyum bahagia karena tahu anaknya sedang istirahat. setelah selesai makan, maka sang suami pun mengajak sang istri masuk kamar dan istirahat (dan tentunya melakukan layaknya hubungan suami istri).
Setelah sang istri melihat bahwa si suami telah puas karena sudah mendapatkan hal yang bisa menentramkan hatinya setelah lama bepergian, maka ia mulai menjelaskan pada sang suami kejadian sesungguhnya, tapi apakah secara langsung?? Tidak tentunya, coba anda perhatikan dialog ringan di bawah ini:
Istri: “Duhai suamiku tercinta, bagaimana pendapatmu jika ada orang yang menitipkan sesuatu padamu dalam masa dan waktu tertentu, lalu dengan tiba-tiba orang tersebut mengambil titipannya tadi?
Suami: “Ya kita harus mengembalikannya, karena memang itu adalah hak milik dia”.
Istri: “Tapi suamiku, sesuatu tersebut sudah lama berada di tangan kita, bahkan sudah seakan-akan menjadi milik kita sendiri?
Suami: “Walaupun seperti itu, karena itu bukan milik kita wahai istriku”.
Istri: “Kalau begitu, ikhlaskanlah putra semata wayangmu, karena dia telah kembali pada pemilik sesungguhnya, yaitu Allah”. Dalam arti dia telah meninggal dunia.
Setelah mendengar itu sang suami marah dan berkata: "Kenapa kau tidak mengabariku dari awal?".
Sang Istri pun menjawab: "Karena aku khawatir kau akan bersedih, sementara kau masih dalam kondisi lelah".
Dalam kondisi marah sang suami keluar dan mengadu kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang apa yang telah di lakukan oleh istrinya dan semua yang terjadi di rumahnya. Setalah baginda Nabi mendengar keluh kesah Abu Thalhah, beliau berkata sambil tersenyum: "Apa yang di lakukan oleh istrimu adalah sesuatu yang benar dan semoga Allah memberkahi malam kalian". Setelah mendengar perkataan baginda Nabi tersebut, Abu Thalhah mau memaafkan sang istri tercinta dan berkat doa Nabi, lahirlah seorang bayi laki-laki yang kelak terkenal sebagai pembantu baginda Nabi, yaitu sahabat Anas. Yah demikianlah kisah lengkapnya kawan-kawan, cuma saya hanya bisa bertanya-tanya dalam hati: “Masih adakah wanita sekarang yang seperti Ummu Sulaim? Atau memang lelakinya yang sudah tidak pantas untuk bersanding dengan wanita yang punya akhlak sedemikian mulia? Bukankah seperti beliaulah wanita idaman yang di tunggu-tunggu oleh semua kaum lelaki?  Jawabannya ada pada diri anda masing-masing kawan.



Sayung,  14-Nov-2013 M
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

1 komentar:

This comment has been removed by the author.

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger