Advertise 728x90

PR untuk An-Nidham

Written By Unknown on Tuesday, November 12, 2013 | 7:10 AM


A.  Pendahuluan.
An-Nidham adalah sebuah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah payung LP. Ma’arif  NU yang berada di kelurahan Kalisari, kecamatan Sayung, kabupaten Demak. An-Nidham adalah pendidikan dengan berbagai macam jenjang, mulai dari RA atau Raudhatul Athfal, Mts atau Madrasah Tsanawiyah hingga MA atau Madrasah Aliyah. Lembaga pendidikan ini di dirikan oleh beberapa sesepuh desa Kalisari yang waktu itu merasakan perlunya di dirikan sebuah lembaga pendidikan ynag berbasis Islam ala Ahlussunnah Wal Jama’ah guna mendidik dan menjaga kemurnian akidah masyarakat pada era tantangan Globalisasi dan Modernisasi yang tidak bisa di bendung lagi ataupun di abaikan begitu saja, karena mau atau tidak mau, arus globalisasi dan modernisasi akan tetap berjalan.
Jadi, kalau kita flash back ke belakang tentang asal muasal, visi misi dan tujuan di dirikannya lembaga An-Nidham ini, maka akan kita temukan bahwa tujuan utama di dirikannya an-nidham adalah dalam rangka menjaga, mengembangkan dan melestarikan ajaran ASWAJA ala NU yang mencakup tiga kategori pokok, yaitu Aqidah, Fiqh dan Tasawwuf. Di antara trilogi keilmuan di atas, Aqidah mestinya mendapatkan tempat yang paling perlu untuk di perhatikan, di jaga, di ajarkan dan kemudian di jadikan pedoman sebagai pertimbangan utama dalam setiap gerak dan keputusan yang akan di ambil dan di lakukan oleh An-Nidham sendiri.
Hanya saja, pada tahun-tahun terakhir ini saya pribadi melihat—ini hanya penilaian subjektif dan saya tidak tahu menahu bagaimana tahun-tahun sebelumnya—perhatian An-Nidham dan semua komponen yang berkecimpung dalam lembaga ini, kurang atau saya katakan melemah terhadap pentingnya pengajaran tiga trilogi keilmuan Islam di atas. Mungkin ini memang gejala umum atau semacam virus yang sedang menjangkiti alam pemikiran kebanyakan umat Islam sendiri. Dan itu saya kira tidak hanya terjadi di An-Nidham saja, akan tetapi juga dalam lembaga-lembaga lain yang notabenenya merupakan lembaga pendidikan berbasis Nahdhatul Ulama, khususnya, dan di luar NU pada umumnya.
Pada hari-hari ini, saya banyak melihat sebuah fenomena unik yang terjadi dalam masyarakat kita. Fenomena inilah sebenarnya salah satu problematika yang menjadi kangker dalam tubuh umat dan menggerogotinya sendiri hingga akhirnya menjadi lumpuh dan tak berdaya. Penyakit dalam tubuh umat ini sangat perlu di benahi dan di obati terlebih dahulu, sebelum kita hendak mengobati penyakit yang dari luar tubuh tubuh kita sendiri. Fenomena ini saya sebut dengan “fenomena terbalik” . saya melihat bahwa fenomena ini pula yang terjadi di An-Nidham.
Fenomena terbalik adalah sebuah kenyataan hidup yang memberikan gambaran dan deskripsi kepada kita bahwa masyarakat kita sekarang ini memiliki kecenderungan dan paradigma berfikir yang terbalik, baik itu dalam urusan duniawi ataupun masalah agama. Dalam tulisan sederhana ini saya tidak akan membahas tentang urusan duniawi, karena tentunya akan menjadikan pembahasan kali ini menjadi semakin meluas dan panjang, akan tetapi saya akan lebih memfokuskan pada kajian agama yang memang saya lebih banyak bercengkrama bersamanya.
B.  Dahulukan Yang Wajib.
Agama kita, agama Islam, adalah agama yang teratur dalam semua ajarannya. Ajaran Islam akan mendahulukan hal yang lebih penting dari pada hal yang penting, mendahulukan hal yang penting dari pada hal yang setengah penting dan begitu seterusnya. Hanya saja, “fenomena terbalik” lagi-lagi menjadi paradigma berfikir mayoritas masyarakat kita.
Di sana banyak kita temukan praktek-praktek ritual kegamaan masyarakat kita yang terbalik. Mereka lebih mendahulukan hal-hal yang bersifat Sunnah atau bahkan tidak di anjurkan sama sekali oleh ajaran agama—akan tetapi sudah menjadi tradisi yang membudaya dalam masyarakat—dari pada kewajiban-kewajiban masyarakat itu sendiri, baik yang bersifat ‘Aini (individual) ataupun Kifa’i (kolektif).
Salah Kaprah yang sudah terjadi dalam masyarakat kita ini—menurut pengamatan saya pribadi yang tentunya cenderung subjektif—adalah salah satu sebab kemunduran umat Islam itu sendiri dalam berbagai macam percaturan dunia yang semakin kencang. Karena hal ini bertentangan dengan tuntunan Islam itu sendiri, sehingga dengan begitu, umat Islam akan kehilangan jati dirinya dan bahkan tidak akan pernah merasa bangga dengan keislaman dirinya sendiri. Inilah sumber dari segala kemunduran yang kita lihat dalam tubuh umat itu sendiri.
Mendahulukan hal-hal yang bersifat wajib atas yang lain adalah sebuah keharusan, akan tetapi apakah ada tuntunan dari agama Islam sendiri yang secara eksplisit menjelaskan hal di atas? Jawabannya adalah ada, yaitu hadis Nabi yang di riwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shohih Bukhari atau Al-Imam An-Nawawi dalam bukunya yang berjudul Al-Arba’in An-Nawawiyah, hadis tersebut berbunyi sebagai berikut:
وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه
Tidaklah hambaku mendekat kepadaku dengan sesuatu amaliah yang paling aku (Allah) Ridhai semisal hal-hal yang aku wajibkan kepada mereka”.
Dari hadis di atas, kita bisa mengambil satu kesimpulan bahwa yang harus di dahulukan adalah hal-hal yang bersifat wajib. Jika ada seseorang yang melakukan perbuatan atau amaliah yang bersifat sunnah, akan tetapi dia meninggalkan hal-hal yang di wajibkan bagi dia, maka di sini dia telah terjebak oleh hawa nafsunya sendiri. Hal ini sebagaimana ungkapan dari orang bijak:
من شغله النفل عن الفرض فهو مغرور
Siapa saja yang sibuk mengerjakan hal-hal yang bersifat sunnah hingga akhirnya meninggalkan sesuatu yang bersifat wajib, maka dia telah tertipu oleh nafsunya sendiri
Adapun sebaliknya, jika seseorang sibuk melakukan hal-hal yang bersifat wajib, akan tetapi dia tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang bersifat sunnah, maka Insya Allah ia akan di maafkan oleh Allah, karena ketidak mampuannya untuk melakukan amaliah sunnah adalah sebuah udzur tersendiri yang sangat layak untuk di maafkan, di samping juga tidak adanya tuntutan secara tegas dari Allah sendiri untuk melakukan amaliah-amaliah sunnah tersebut. Apa yang saya katakan tersebut senada dengan salah satu ungkapan orang bijak:
من شغله الفرض عن النفل فهو معذور
Siapa saja yang sibuk melakukan hal-hal yang bersifat wajib, sedang dia meninggalkan hal-hal yang bersifat sunnah, maka tindakannya itu akan di maafkan oleh Allah
C.  Hal Paling Wajib.
Setelah kita tahu dari penjelasan di atas, bahwa mendahulukan hal-hal yang bersifat wajib adalah sebuah keharusan, lalu kita di hadapkan pada pertanyaan-pertanyaan baru lagi; hal-hal yang wajib itu banyak, lalu kewajiban manakah yang harus kita di dahulukan di antara kewajiban-kewajiban yang ada? Pertanyaan singkat ini akan mudah di jawab dan dengan jawaban yang tepat bagi mereka-mereka yang mau belajar agama atau ngaji. Jawabannya adalah mengenal Allah atau dalam bahasa Arabnya di kenal dengan istilah Ma’rifatullah.
Kenapa saya katakana bahwa Ma’rifatullah adalah hal yang paling wajib? Tidak lain karena tentunya ketika seseorang hendak melakukan ibadah apapun yang kesemuanya bermuara pada penyembahan dan penghambaan terhadap Allah, maka mau tidak mau dia harus terlebih dahulu mengenal siapa yang dia sembah dan bagaimana sifat-sifatnya? Baru setelah itu dia bisa melakukan berbagai macam ritual peribatan dengan benar. Akan sangat aneh dan tidak masuk akal, jika seseorang hendak melakukan penyembahan terhadap Allah, akan tetapi dia malah salah menyembah selain Allah. Semua itu bisa terjadi karena kesalahan si hamba itu sendiri yang tidak mau mengenal Allah terlebih dahulu.
Lalu bagaimana cara seseorang bisa mengenal Allah, sementara ia sendiri tidak pernah bisa melihat Allah? Mengenal Allah bisa di tempuh dengan cara mengenal sifat-sifatnya yang seharunya kesemuanya menjadi pelajaran pokok dalam semua lembaga An-Nidham itu sendiri. Di situ seseorang harus tahu, apa-apa saja sifat-sifat yang layak di tetapkan bagi Allah dan apa saja sifat-sifat yang tidak layak di tetapkan bagi Allah. Dengan mengetahui semua hal di atas, baru seseorang layak dan pantas di sebut orang yang Ma’rifat.
Mengenal Allah atau Ma’rifatullah adalah salah satu hal yang harus di pelajari oleh setiap orang Islam. Karena ia termasuk dalam cakupan hadis baginda Nabi yang sangat masyhur sekali dan termasuk hadis yang berpredikat hasan, sebagaimana di kutip oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dalam bukunya Tadribur Rawi dari Al-Hafidz Al-Mizzi. Hadis tersebut berbunyi:
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Menuntut ilmu adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim
Ilmu yang wajib di tuntut ini tentunya bukanlah semua ilmu, karena tentunya tidak semua orang mampu untuk mempelajari berbagai macam ilmu yang sangat beragam dan banyak sekali itu. Di samping itu, saat baginda Nabi menyampaikan hadis ini, belum pernah dalam sejarah saya temukan bahwa baginda Nabi menyuruh para sahabat untuk mempelajari berbagai macam ilmu yang berkembang saat ini. Dari sini kita bisa tahu bahwa ilmu yang di wajibkan mempelajarinya oleh baginda Nabi adalah pokok-pokok ilmu agama yang di antaranya adalah ilmu bagaimana mengenal Allah dengan benar.
D.  Kesimpulan Dan Penutup.
Saya kira penjelasan yang saya tulis di atas sudah cukup jelas dan tidak perlu susah payah untuk di pahami. Dari pemaparan singkat di atas, tentunya kita sangat menyadari akan pentingnya ilmu agama, betapa pentingnya ngaji ilmu agama dan betapa pentingnya keberadaan sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya benar-benar di ajarkan ilmu-ilmu yang membangun karakter Tauhid dalam jiwa anak didiknya. Lembaga pendidikan ini tidak hanya menjadi sebuah kendaraan untuk ngojek atau sebagai mesin pencetak uang, akan tetapi benar-benar lembaga pendidikan yang berusaha sekuat mungkin untuk membangun bangsa dan mentauhidkan alam semesta, dengan kuatnya karakter Tauhid dalam jiwa masyarakatnya. Lalu, mampukan An-Nidham mengemban amanat ini? Sekian. Wa Allahu A’lam Bis Shawab.




                                                                        Kalisari, 11-Nov-2013 M

                                                                                    Dhiyaul Haq
                                                            (Alumnus Mts. An-Nidham 2002-2003)





Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger