Alkisah, di sebuah negeri antah berantah sana, terdapat
seorang Raja yang adil dan selalu berusaha untuk memakmurkan Rakyatnya. Semua
rakyat bahagia dan gembira dengan berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh sang
Raja. Kehidupan Sang Raja serasa bertaburan dengan berwarna warni bunga yang
indah nan harum semerbak. Hidup senang, Rakyat makmur nan bahagia. Mestinya dia
benar-benar bahagia. Namun, ia masih saja termenung dan kelihatan cemberut setiap waktu. Ada satu
hal yang masih ia gelisah, galau dan tidak bisa ikut berbahagia seperti
rakyatnya. Ya, hal itu karena dia terlahir dalam kondisi salah satu matanya
buta dan kaki kirinya pincang. Ia menganggap ini aib yang sangat menyakitkan.
Apa jadinya jikalau seorang Raja itu orang yang "Pece" (buta salah
satu matanya) dan pincang? tentu sangat memalukan.
Karenanya, dia ingin saat dia meninggal nanti, ada
kenang-kenangan yang memperlihatkan dirinya
secara sempurna, tidak ada kekurangan sama sekali.
Demi merealisasikan keinginannya tersebut, akhirnya dia mengundang seluruh pelukis yang berada di setiap jengkal tanah kekuasaannya. Ia menitahkan kepada mereka untuk melukis dirinya dengan lukisan yang paling baik dan sempurna. Lukisan yang benar-benar bisa menggambarkan kesempurnaan dirinya, sempurna dalam segala kebijakannya dan sempurna secara fisik.
Demi merealisasikan keinginannya tersebut, akhirnya dia mengundang seluruh pelukis yang berada di setiap jengkal tanah kekuasaannya. Ia menitahkan kepada mereka untuk melukis dirinya dengan lukisan yang paling baik dan sempurna. Lukisan yang benar-benar bisa menggambarkan kesempurnaan dirinya, sempurna dalam segala kebijakannya dan sempurna secara fisik.
Tetapi, lagi-lagi, nampaknya apa yang menjadi harapannya tersebut sulit untuk
terealisasikan. Para pelukis itu nampak kesulitan untuk melaksanakan titah sang
Raja. Mereka mengakui bahwa sang
Raja adalah seseorang yang bisa dikatakan sempurna dalam kebaikan dan
kebijakan. Namun secara fisik? Mereka tidak tahu, bagaimana caranya melukis
sang Raja dalam kondisi sempurna secara fisik, sedang kenyataannya sang Raja
memang cacat mata dan kakinya. Semua pelukis yang datang nampak enggan
melakukan tugas besar nan berat itu. Melihat hal itu, sang Raja muram, wajahnya
nampak lesu dan tidak ada gairah lagi dalam menjalankan pemerintahan. Sepanjang
hari ia nampak murung dan hanya mengurung diri dalam kamar.
Hingga akhirnya, roda pemerintahan
yang menjadi tanggung jawabnya, sedikit demi sedikit terbengkalai.
Melihat kondisi sang Raja yang sedang
dirundung nestapa, dan pemerintahannya yang sedang semrawut, ada seorang
pelukis kecil yang memberanikan diri untuk melukis sang Raja sesuai dengan
keinginannya tadi. Pada mulanya, semua pelukis senior mencibir dan
merendahkannya.
"Apa mampu
anak ingusan itu memenuhi keinginan Raja yang aneh itu? kita saja yang sudah
ahli menyerah kok, apalagi dia yang masih ingusan", Cela mereka.
Tetapi pelukis kecil itu tetap melangkah maju. Ia tidak
gentar dengan berbagai celaan, olokan maupun cibiran dari para seniornya. Dengan mantap dia menghadap pada Sang
Raja dan menyatakan kesanggupannya untuk melukis sang Raja pada waktu itu juga.
Dengan senyum mengembang dan hati gembira, sang Raja mempersilahkan si pelukis
kecil untuk memulai melukis. Mulailah si pelukis kecil melukis. Waktu terus
berjalan. Detik demi detik terus berlalu.
1 jam telah terlewati. Sedang si pelukis kecil masih saja melanjutkan
lukisannya itu. Peluh membasahi dahinya, keringat dingin mengucur deras di setiap persendian tubuhnya. 6 Jam waktu telah terlewati hingga akhirnya lukisan itu selesai.
"Duhai baginda Raja, silahkan
lihat...! inilah lukisan yang tuan paduka inginkan", kata pelukis kecil mempersilahkan sang
Raja untuk melihat hasil karyanya itu.
Dengan
pelan-pelan, penuh perhatian, ketelitian dan penglihatan yang seksama, sang Raja mengamati lukisan buah karya
pelukis kecil itu. Nampak senyum mengembang di kedua bibir sang Raja. Wajahnya
nampak cerah dan bahagia melihat lukisan itu. Melihat gelagat bahagia pada
wajah sang Raja, para pelukis senior dan semua abdi negara yang dari tadi
mendampingi sang Raja penasaran, mereka ingin
melihat bagaimana sebenarnya lukisan itu? Berbondong-bondong mereka bergegas mendekat untuk melihat
lukisan itu. Hasilnya sama, mereka pun terkagum-kagum akan lukisan anak kecil
itu. Bagaimanakah lukisan itu?
Pada punggung kanvas itu, si pelukis kecil menggambar sang
Raja seolah-olah beliau sedang memegang senapan panjang dalam kondisi setengah
duduk. Kaki kiri yang sebenarnya pincang, di lukis dalam kondisi di tekuk
selutut ke arah tanah. Dan matanya yang buta tadi di lukis dalam kondisi
tertutup, seakan-akan sang Raja sedang mengincar seekor hewan buruan untuk di bidik. Dengan lukisan yang
demikian unik, cacat
sang Raja tidak nampak kelihatan,
dan si pelukis kecil pun tidak sedang berbohong dengan lukisannya. Bahkan yang nampak adalah kecerdasan dan
kecerdikan si pelukis kecil.
Marilah kita
berusaha untuk melukis saudara-saudara kita dengan lukisan yang indah, menawan,
anggun dan penuh dengan kebahagiaan. Sehingga kita lebih sering tersenyum
bersama, dari pada menitikan air mata perpecahan dimana-mana. Salam
persaudaraan.
إذا كنت فى كل الأمور
معاتبا # صديقك لم تلق الذى لا تعاتبه
فعش واحدا أو صل أخاك
# فإنه مقارف ذنب مرة ومجانبه
إذا أنت لم تشرب
مرارا على القذى # ظئمت واي الناس تصفو مشاربه
ومن ذا الذى ترضى
سجاياه كلها # كفى المرأ نبلا أن تعد معايبه
Bila semua kelakuan sahabatmu kau caci-maki,
Kau tak akan temukan teman yang tak kau caci-maki
Jika begitu hiduplah sendiri saja.
Atau jalinlah silaturrahim dengan sahabatmu
Meski ia pasti tak bebas dari salah dan kurang.
Adakah manusia yang sepenuhnya bersih ?
terbebas dari kesalahan dan dosa
O, cukuplah kita tahu betapa mulianya seseorang
Jika dia sadar atas kelemahan dirinya
Kau tak akan temukan teman yang tak kau caci-maki
Jika begitu hiduplah sendiri saja.
Atau jalinlah silaturrahim dengan sahabatmu
Meski ia pasti tak bebas dari salah dan kurang.
Adakah manusia yang sepenuhnya bersih ?
terbebas dari kesalahan dan dosa
O, cukuplah kita tahu betapa mulianya seseorang
Jika dia sadar atas kelemahan dirinya
0 komentar