Advertise 728x90

Kedermawanan Ahlul Bait

Written By Unknown on Sunday, February 28, 2016 | 9:29 PM



Kelelahan menyelimuti sekujur tubuh tiga pemuda tampan itu. Rasa haus karena perjalanan jauh Madinah-Makkah pun mencekik kerongkongan leher mereka. Dengan suara parau, yang tertua di antara mereka, yakni Imam Al-Hasan Bin Ali Radhiya-Llahu ‘Anhu memberanikan diri untuk mendekati tenda/kemah yang berada di tengah padang pasir itu. Dengan suaranya yang sudah tercekat, beliau berkata:
“Assalamualaikum...adakah pemilik tenda ini di dalam?”
“Iya, saya ada di dalam. Ada apakah gerangan wahai orang asing?”, jawab suara yang ada di dalam.
“Kami adalah pengembara dari Quraish yang sedang melakukan perjalanan menuju ke kota suci Makkah, tetapi kami kehabisan bekal di tengah jalan. Berilah kami barang seteguk dua teguk air saja. Kami mohon, sudilah kiranya anda menolong kami. Kami minta barang seteguk dua teguk air saja, untuk sekedar membasahi kerongkongan kami yang sudah kering dan sangat mencekik ini...!”, jelas Al-Husain.
“Maafkan aku wahai anak muda. Aku tidak memiliki sisa air untuk minum. Kalau kalian mau, di luar sana ada seekor kambing. Silahkan perah susunya, dan kalau kau dan teman-temanmu lapar, maka sembelihlah kambing itu untuk makan kalian”
            Mendengar jawaban yang penuh dengan keikhlasan itu, Al-Hasan tercengang di liputi perasaan haru. Ternyata masih ada orang seikhlas itu, padahal dia baru saja bertemu dan tidak mengenalnya sama sekali. Akhirnya mereka bertiga—Al-Hasan, Al-Husain dan Abdullah Bin Ja’far Radhiya-Llahu ‘Anhum—pun memerah air susu kambing tersebut, lalu menyembelihnya untuk mereka makan. Setelah mereka bertiga makan sekadar kebutuhan yang di perlukan, mereka pun berpamitan untuk melanjutkan kembali perjalanan mereka ke tanah suci Makkah. Sebelum pergi, Al-Hasan berkata kepada pemilik tenda tadi yang ternyata adalah seorang nenek tua nan renta:
“Nek...Insya Allah, suatu saat nanti, saat kami telah di beri keluasana rizqi oleh Allah, pasti kami akan membalas kebaikan nenek yang luar biasa ini”.
            Setelah berkata demikian, Al-Hasan dan kedua saudaranya pun berlalu melanjutkan perjalanan, meninggalkan sang nenek sendirian. Setelah beberapa waktu dari kepergian ketiga pemuda Quraish tersebut, datanglah suami si nenek tadi. Ia bertanya-tanya, di mana kambing yang merupakan harta berharga satu-satunya yang mereka miliki. Si nenek menceritakan semua kedatangan tamu asing orang Quraish tadi dan semua kejadian hari itu kepada suaminya. Demi mendengar cerita si nenek yang lugu itu, sang suami naik pitam. Dengan penuh amarah dan dada terbakar, si suami membentak-bentak istrinya sambil berkata:
“Bagaimana kau ini sebenarnya. Kambing yang merupakan harta berharga kita satu-satunya ini ini, engkau biarkan di sembelih untuk memberi makan orang-orang yang tidak kita kenal. Lalu engkau berkata padaku, kalau mereka adalah orang-orang Quraish. Sungguh aneh dirimu ini”
            Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa, nenek dan kakek sudah semakin tua nan renta. Si kakek sudah tidak mampu lagi untuk bekerja keras seperti dulu lagi, begitu juga dengan si nenek yang tentunya fisiknya pun semakin lemah. Padang sahara nampaknya sulit untuk bersahabat dengan mereka berdua. Air jernih yang sangat sulit di dapat, angin kencang yang bisa menyerang setiap waktu dan masih banyak hal-hal lain yang menjadikan mereka terpaksa harus meninggalkan tempat singgah mereka, untuk keluar mengais rizqi guna menyambung kehidupan mereka. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mencoba mengadu nasib di kota metropolitan pada waktu yang menjadi pusat pemerintahan Islam, yakni Madinah Al-Munawwarah. Dengan tertatih-tatih, mereka berdua berjalan menyusuri lorong-lorong kota Madinah. Tiba-tiba ada suara asing yang memanggil si nenek tua:
“Nenek kenal saya?”, tanya seorang pemuda dari arah sampingnya.
“Tidak, saya tidak mengenal anda. Siapakah kau ini wahai anak muda?”, si nenek balik bertanya dengan wajah penuh tanda tanya keheranan.
“Saya adalah salah satu dari ketiga pemuda Quraish yang dulu pernah nenek bantu saat di tengah gurun sahara menuju ke Makkah”, jawab di pemuda.
“Ah, tiga pemuda Quraish? Saya tidak ingat apa-apa dan saya tidak mengenal anda wahai anak muda”, jawab si nenek dengan nada kekhawatiran.
“Ya sudah. Kalau nenek tidak mengenal saya, tetapi saya mengenal nenek. Mari ikut saya ke rumah”.
            Akhirnya kedua kakek-nenek tua tadi mengikuti pemuda yang ternyata adalah Imam Al-Hasan bin Ali. Sampai di sana, Al-Hasan menjamu mereka berdua dengan makanan yang lezat nan enak. Lalu saat kedua kakek-nenek itu hendak pulang, Al-Hasan memberikan hadiah kepada mereka  berupa 1000 Dinar dan 1000 ekor kambing. Lalu imam Al-Hasan menyuruh pembantunya untuk mengantarkan kedua kakek-nenek itu ke rumah adik beliau, yakni Imam Al-Husain. Setelah sampai di rumah al-Husain, beliau bertanya kepada pembantu kakaknya yang mengantar kedua kakek-nenek itu:
“Berapakah yang diberikan oleh abangku kepada mereka berdua?”
“1000 dinar dan 1000 ekor kambing wahai Tuanku”
            Mendengar hal itu, al-Husain pun memberikan hadian yang kadarnya sama dengan apa yang telah di berikan oleh sang kakak sebelumnya. Lalu al-Husain menyuruh pembantu tadi untuk mengantarkan si kakek-nenek menuju ke rumah Abdullah Bin Ja’far. Sesampainya di sana, Ibnu Ja’far bertanya kepada si pembantu:
“Apa sajakah sesuatu yang diberikan oleh Al-Hasan dan Al-Husain?”
“Masing-masing dari beliau berdua memberikan 1000 dinar dan 1000 ekor kambing, tuan”, jawab si pembantu.
“Demi Allah...andaikan engkau tadi mengantarkan beliau berdua ini kepadaku terlebih dahulu, niscaya tidak akan memberatkan Al-Hasan dan Al-Husain”.
            Lalu Ibnu Ja’far memberikan 2000 dinar dan 2000 ekor kambing. Ya, kedua kakek-nenek itu datang ke Madinah dalam kondisi miskin papa, tidak punya apa-apa. Bahkan tarian kematian karena lapar yang menakutkan sudah bergelayutan di pelupuk mata mereka. Tetapi, ketakutan mereka seketika berubah menjadi kebahagiaan. Mereka pulang sebagai orang yang kaya, berkat kedermawanan Ahlu-l-Bait Rasulu-Llah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. []
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger