"Al-Ghazali
memang luar biasa dan tokoh dengan pemikiran yang spektakuler", hanya
demikianlah kata yang mampu saya tuturkan untuk menjelaskan kehebatan
tokoh Sunni yang satu ini. Dan tentunya ungkapan itu tidak bisa
menggambarkan secara menyeluruh dan utuh tentang berbagai kehebatan,
kejeniusan dan tentunya kejernihan hati, jiwa serta akal dari tokoh kita
yang satu ini. Beliau tidak hanya seorang yang pakar dalam bidang
keagamaan ansich saja, akan tetapi juga handal dalam bidang keilmuan
lainnya, semisal filsafat, ilmu yang membahas tentang makna dibalik
sebuah angka, psikologis dan lain sebagainya. Dan pagi ini, lagi-lagi
saya terperangah dan tercengang akan kehebatan dan kejeniusan tokoh yang
satu ini dalam menjelaskan makna sebuah hadis yang mungkin sulit untuk
dicerna oleh akal sebagian manusia seperti saya ini.
Bunyi hadis itu adalah sebagai berikut:
Dulu saya bertanya-tanya tentang makna dari hadis ini, masak syaitan masuk dalam tubuh seorang manusia, maksudnya gimana? bukankah jika syaitan sudah masuk dalam tubuh manusia, ia akan menjadi gila, seperti orang-orang yang kesurupan itu. padahal kalau saya lihat sekilas makna hadis di atas, maka yang saya temukan ya syaitan itu ada dan mengalir dalam setiap tubuh manusia. kalau dipahami demikian, berarti semua manusia gila dong? wah..wah...padahal kenyataan yang ada tidak. Lalu apa makna dari hadis di atas? bagaimana pula status hukum hadis di atas? apakah dia hadis yang sahih atau hasan atau dha'if?
Nah disinilah saya menemukan kecerdikan dan kecerdasan Al-Ghazali. Terlepas apakah hadis itu sahih atau dha'if, beliau al-Ghazali mempunyai pemahaman yang unik dan menarik berkenaan dengan hadis diatas. beliau berkata:
"ketika gangguan khayalan dan wahm seseorang itu benar-benar telah melekat dalam kekuatan pikirannya, sehingga sangat sulit sekali bagi dirinya untuk melepaskan diri dari cengkramannya sehingga ia benar-benar bercampur dengan darah daging seorang manusia, sebagaimana bercampurnya darah makan baginda Nabi berkata...". jadi menurut al-Ghazali, yang dimaksud dengan syaitan ini ya khayalan dan wahm seseorang yang menjadikan dia terhalang-halangi oleh kebenaran. khayalan dan wahm seseorang bisa memberikan gambaran pada otaknya bahwa apa yang dia pikirkan dan ada dalam fikirannya adalah sebuah kebenaran. padahal pada hakikatnya kebenaran sangat berlawanan dengan apa yang dia pikirkan. dari sini beliau juga menyatakan bahwa khayalan merupakan penghalang yang kedua--setelah adat istiadat--bagi manusia untuk melihat kebenaran yang hakiki, lebih-lebih jika hal itu berkenaan dengan masalah keyakinan, maka menjadikan khayalan sebagai timbangan adalah sebuah kesalahan yang besar, karena pada akhirnya dia hanya akan membawa manusia pada pengqiyasan khaliq terhadap makhluk. dalam bahasa umumnya adalah pengqiyasan sesuatu yang tidak terlihat (al-Ghaib) dengan sesuatu yang terlihat (as-syahid). Walhasil, jika seseorang ingin menemukan kebenaran yang hakiki--menurut beliau--bisa dilakukan dengan cara meninggalkan dua hal: pertama, jangan menjadikan indrawi atau adat istiadat sebagi pertimbangan utama. kedua, jangan menjadikan khayalan dan wahm sebagai pertimbangan. karena keduanya adalah hakim yang menipu kita. ingin lebih jelas lagi, bisa anda sekalian baca sendiri dalam buku al-Ghazali yang berjudul Mi'yarul Ilmi.
Bunyi hadis itu adalah sebagai berikut:
إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم
terjemahan bebasnya adalah: "sungguh syaitan itu mengalir dalam tubuh manusia sesuai dengan aliran darahnya".Dulu saya bertanya-tanya tentang makna dari hadis ini, masak syaitan masuk dalam tubuh seorang manusia, maksudnya gimana? bukankah jika syaitan sudah masuk dalam tubuh manusia, ia akan menjadi gila, seperti orang-orang yang kesurupan itu. padahal kalau saya lihat sekilas makna hadis di atas, maka yang saya temukan ya syaitan itu ada dan mengalir dalam setiap tubuh manusia. kalau dipahami demikian, berarti semua manusia gila dong? wah..wah...padahal kenyataan yang ada tidak. Lalu apa makna dari hadis di atas? bagaimana pula status hukum hadis di atas? apakah dia hadis yang sahih atau hasan atau dha'if?
Nah disinilah saya menemukan kecerdikan dan kecerdasan Al-Ghazali. Terlepas apakah hadis itu sahih atau dha'if, beliau al-Ghazali mempunyai pemahaman yang unik dan menarik berkenaan dengan hadis diatas. beliau berkata:
"ketika gangguan khayalan dan wahm seseorang itu benar-benar telah melekat dalam kekuatan pikirannya, sehingga sangat sulit sekali bagi dirinya untuk melepaskan diri dari cengkramannya sehingga ia benar-benar bercampur dengan darah daging seorang manusia, sebagaimana bercampurnya darah makan baginda Nabi berkata...". jadi menurut al-Ghazali, yang dimaksud dengan syaitan ini ya khayalan dan wahm seseorang yang menjadikan dia terhalang-halangi oleh kebenaran. khayalan dan wahm seseorang bisa memberikan gambaran pada otaknya bahwa apa yang dia pikirkan dan ada dalam fikirannya adalah sebuah kebenaran. padahal pada hakikatnya kebenaran sangat berlawanan dengan apa yang dia pikirkan. dari sini beliau juga menyatakan bahwa khayalan merupakan penghalang yang kedua--setelah adat istiadat--bagi manusia untuk melihat kebenaran yang hakiki, lebih-lebih jika hal itu berkenaan dengan masalah keyakinan, maka menjadikan khayalan sebagai timbangan adalah sebuah kesalahan yang besar, karena pada akhirnya dia hanya akan membawa manusia pada pengqiyasan khaliq terhadap makhluk. dalam bahasa umumnya adalah pengqiyasan sesuatu yang tidak terlihat (al-Ghaib) dengan sesuatu yang terlihat (as-syahid). Walhasil, jika seseorang ingin menemukan kebenaran yang hakiki--menurut beliau--bisa dilakukan dengan cara meninggalkan dua hal: pertama, jangan menjadikan indrawi atau adat istiadat sebagi pertimbangan utama. kedua, jangan menjadikan khayalan dan wahm sebagai pertimbangan. karena keduanya adalah hakim yang menipu kita. ingin lebih jelas lagi, bisa anda sekalian baca sendiri dalam buku al-Ghazali yang berjudul Mi'yarul Ilmi.
0 komentar