Advertise 728x90

SI KECIL YANG BIJAK

Written By Unknown on Wednesday, January 29, 2014 | 7:24 PM



           Ada seorang presiden yang sedang berjalan-jalan melakukan kunjungan dinas di daerah sekitar kekuasaannya. Tanpa disengaja ia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menggembala seekor himar yang tidak mau berjalan. Karena saking sulitnya hewan itu dibangunkan, maka anak kecil itu pun bersikap keras terhadap hewan tadi. Saat melihat kejadian itu, sang presiden dengan pelan menasehati anak kecil tadi, beliau berkata: “Nak, kasihanilah hewan itu dan bersikaplah yang lembut saja kepadanya!”. 

          Dengan sigap, mantap dan penuh percaya diri, anak kecil tadi menjawab: “Wahai Pak Presiden. Jika saya berbuat lembut dan selalu kasihan kepadanya, maka sesungguhnya itu akan menyusahkannya sendiri”. Dengan penuh rasa penasaran dan heran, sang presiden bertanya: “Loh...bagaimana mungkin itu terjadi?”. “Ya jelas sekali dong pak presiden. Jika saya berbuat lembut dengan tidak memukulnya agar berjalan, maka tentunya perjalan yang akan ditempuh himar ini menjadi lebih lama dan panjang. Beban yang ia pikul pun akan semakin berat. Dan itu semuanya akan menyebabkan rasa lapar dan hausnya semakin bertambah. Sedang jika saya bersikap keras kepadanya, maka itu akan membawa kebaikan kepadanya”.

            Tambah heran lagi pak presiden dengan ucapan anak kecil ini. Ia pun bertanya pada anak tadi: “Bagaimana mungkin sikap keras bisah menjadikan keledai ini baik?”. “Ya karena sikap kerasku akan menjadikan ia berjalan cepat, sehingga perjalanan yang dia tempuh semakin pendek. Beban yang dibawanya semakin ringan. Ia dapat makan dan minum sebanyak-banyaknya setelah itu, serta ia bisa menikmati kekenyangannya, menikmati istirahat dalam kelelahannya”. Maka sang presiden pun semakin terheran-heran dan takjub dengan kecerdasan dan tajamnya ucapan anak kecil yang bijak ini. Sang presiden pun berkata: “Saya telah menyuruh mentriku untuk memberimu 1000 dirham”. Dengan cekatan dan bijak si bocah menjawab: “Semua rizqi telah ditetapkan dan orang yang memberi adalah orang yang berhak untuk mendapat ungkapan syukur dan terima kasih”.

            Lagi-lagi sang presiden takjub akan jawaban yanag cerdik itu, dia berkata: “Saya telah menetapkan namamu sebagai salah satu bagian keluarga kerajaan, bagaimana pendapatmu?”, “Wahai presiden, jika demikian maka engkau telah dipertemukan dengan orang yang tidak perlu susah payah membayarnya dan pasti kau akan mendapatkan pertolongan darinya”. Presiden pun meminta nasehat kepadanya: “Wahai bocah, nasehatilah aku ini, aku melihatmu seorang anak yang bijak”. Anak kecil itu mulai bernasehat: “Wahai bapak presiden...jika anda berada dalam kondisi yang aman, maka hendaknya anda selalu mengingat kondisi yang menghawatirkan. 

Jika sehatnya tubuh anda menjadikan hidup terasa nyaman dan tentram, maka katakanlah pada diri anda sendiri bahwa musibah suatu saat akan datang. Jika rasa aman telah bersamamu dan menjadikan anda tentram, maka timbulkanlah rasa takut dalam diri anda. Jika anda sudah mencapai puncak dari sebuah usaha, maka hendaknya selalu mengingat mati. Jika anda mencintai dirimu sendiri, maka janganlah engkau melakukan hal apapun yang menjadikan dirimu  mendapatkan celaan dan kejelekan”.

            Setelah mendengar nasehat anak kecil yang bijak ini secara panjang lebar, sang presiden terheran-heran dan kembali dibuat takjub dengan kecakapan lisannya, kefasihan bahasanya dan kecerdikan akalnya. Beliau berkata:
“Andaikan kau bukan seorang anak kecil, pasti sudah saya angkat menjadi seorang mentriku”.
Orang yang diberi anugrah akal oleh Allah, maka dia tidaklah akan dihalangi untuk mendapatkan anugrah yang lain, jawab anak kecil itu.
“Apakah engkau layak untuk menempati posisi itu?”, kembali presiden bertanya.
Pujian dan celaan hanya layak bagi seseorang yang telah teruji, seseorang tidak akan pernah tahu seberapa jauh kemampuan dirinya kecuali setelah ia mengujinya.

Setelah mendengar kata mutiara itu meluncur dengan tenang dari mulut si anak kecil itu, maka sang presiden pun memutuskan untuk mengangkat anak kecil tadi sebagai mentrinya, karena memang dirasa-rasa, ia adalah seorang anak yang memiliki pendapat yang benar dan pemahaman yang jitu serta tepat, dan tentunya pertimbangan yang sesuai dengan kenyataan.
           

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger