Advertise 728x90

Maulid Nabi Dan Adab-Adab Pelaksanaannya.

Written By Unknown on Friday, December 20, 2013 | 9:27 PM


·    
  Sekilas Tentang Maulid Nabi.

Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Rabiul Awal, bulan dimana cahaya sejuk keimanan membelai sendi-sendi kehidupan manusia. Bulan dimana mendung jahiliah tersingkap oleh hembusan iman. Bulan yang burung-burung pun berkicau dengan riang akan kedatangannya. Bulan yang hewan-hewan pun saling berlomba untuk menyambutnya. Bulan dimana para perindu menemukan cinta sejatinya. Yah, dialah bulan dimana baginda Nabi agung Muhammad SAW dilahirkan ke alam dunia ini.

            Pada bulan Rabiul Awal ini, mayoritas umat Islam—kecuali beberapa kelompok dalam tubuh umat Islam yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah—banyak mengadakan perayaan-perayaan ataupun sekedar jamuan berupa makanan dan minuman. Banyak kita temukan masjid-masjib ataupun mushalla-mushalla yang riuh dan ramai dengan bacaan semisal Burdah dan Barzanji. Tidak jarang pula kita temukan acara-acara resmi yang diadakan oleh sebuah yayasan ataupun perorangan dengan tema perayaan maulid Nabi. Sebenarnya semua itu kalau diteliti dengan seksama, hanyalah merupakan bentuk manifestasi kecintaan seseorang terhadap baginda Nabi Muhammad SAW, disamping merupakan ungkapan syukur atas hadiah yang paling berharga bagi umat manusia dan kemanusiaan, yaitu baginda Nabi Muhammad saw. Hanya saja pengejawantahan rasa cinta dan syukur satu orang tentunya berbeda dengan yang lainnya. Ada yang dengan mengadakan acara-acara seperti tersebut di atas, ada pula yang dengan melakukan ritual tertentu, semisal puasa, membaca shalawat, bersedekah dan masih banyak yang lain.

Perayaan maulid Nabi merupakan budaya yang telah dilakukan oleh umat Islam semenjak berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus tahun yang lalu. Orang pertama yang mengadakan perayaan maulid Nabi ini adalah raja dari Irbil—daerah yang masuk dalam bagian Republik Iran sekarang—yang bernama raja Mudzoffar Kukberi. Kemudian perayaan Maulid Nabi ini berjalan dan menyebar dihampir seluruh penjuru negeri dimana ada umat Islam disana, semuanya dengan tujuan untuk membangkitkan kembali semangat mencintai baginda Nabi dan mensyukuri kelahirannya, hingga akhirnya kita benar-benar bisa mengikuti ajaran dan syariat yang telah diturunkan kepada beliau.Hanya saja, akhir-akhir ini perayaan maulid Nabi hanya menjadi ajang ceremonial yang hambar. Kami katakan hambar, karena pada kenyataannya acara perayaan maulid Nabi—dengan ala ceremonial yang penuh gemerlapan dan tanpa nuansa keilmuan—nampaknya belum sesuai dengan tujuan diadakannya perayaan maulid Nabi itu sendiri. Memang banyak kita lihat para dai dan penceramah diundang guna memberikan Mauidzah dan wajangan pada acara tersebut. Akan tetapi, masyarakat yang menerima mauidzah itu pun nampaknya belum bergeser dari level mereka yang terdahulu. Yang asalnya tukang ngrumpi pun ya tetap jalan terus, yang tukang korupsi pun juga masih terus semangat, yang asalnya tidak pernah shalat ya tetap tidak mau shalat dan masih banyak yang lain. Lalu, dimanakah letak ketidak tepatan perayaan Maulid Nabi yang selama ini kita laksanakan? Apakah memang ada kesalahan dalam tata cara pelaksanaan maulid Nabi itu sendiri? Nah, dalam kesempatan singkat inilah kami tidak ingin membahas tentang bagaimana hukum pelaksanaan maulid Nabi, akan tetapi kami ingin mengetengahkan sedikit adab-adab dalam pelaksanaan maulid Nabi, agar adanya pelaksanaan acara ini benar-benar membawa manfaat kepada umat, sehingga benar-benar bisa mengubah pola pikir dan prilaku umat untuk dapat lebih meneladani baginda Nabi Muhammad SAW.

·      Adab-Adab Perayaan Maulid Nabi.

Sebagai sebuah kegiatan dan ceremonial yang telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi mayoritas umat Islam, perayaan Maulid Nabi tentunya harus dilakukan sesuai dengan tuntunan serta ajaran dari Islam itu sendiri. Dibawah ini adalah tuntuan dan adab perayaan maulid Nabi yang telah dirangkum dengan ringkas oleh Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari—muassis Nahdhatul Ulama dan ponpes Jombang—dalam salah satu karya beliau yang berjudul “At-Tanbihatul Waajibat Liman Yashna’ul Maulid Bil Munkarat”. Di antara tuntunan itu adalah sebagai berikut:
  1. Tidak boleh melakukan perayaan maulid Nabi dengan menggunakan alat-alat musik yang diharamkan oleh ajaran Islam. Semisal gitar, biola dan lainnya.
  1. Tidak boleh mengiringi alat musik tersebut dengan bertepuk tangan dan gelak tawa yang semuanya merupakan kebiasaan dari orang-orang jelek dan fasiq.
  1. Tidak boleh adanya Ikhtilath (percampuran) yang diharamkan oleh ajaran Islam antara laki-laki dan perempuan. Percampuran atau Ikhtilath yang diharamkan dalam Islam adalah sekiranya bisa terjadi persentuhan antara kulit seorang lelaki dan perempuan. Hal itu bisa dilihat dalam buku.
  1. Tidak boleh adanya aurat yang terbuka, baik dari seorang laki-laki ataupun wanita. Aurat laki-laki adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut, sementara aurat seorang wanita adalah semua bagian tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan.
  1. Tidak boleh ada joget-jogetan yang menampilkan gerak tubuh dan gaya seorang wanita, walaupun itu dilakukan oleh seorang lelaki, kecuali dengan zafin.
  1. Tidak boleh ada permainan-permainan yang didalamnya terdapat judi atau sesuatu yang menyerupainya. Hal ini disebutkan oleh Kiai Hasyim karena ternyata dalam pelaksanaan maulid di era beliau, sudah ada banyak kemungkaran yang terjadi, sehingga hal itu menuntut beliau untuk menulis sebuah buku dengan judul yang kami sebutkan di atas.
  1. Tidak boleh ada pemubadziran harta dalam rangka pelaksanaan Maulid Nabi dengan cara menggunakan harta-harta yang telah terkumpul dalam segala hal yang diharamkan atau yang dimakruhkan.
  1. Tidak boleh ada pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan irama dan lagu-lagu dengan melebihi kadar yang diperbolehkan oleh ajaran Islam dalam Ilmu Tajwid atau bahkan bisa menjatuhkan seseorang pada Lahn yang bisa merubah makna.
  1. Jangan sampai ketika ada orang baca al-Qur’an lalu si pendengar menyebut kata “khoir-khoir” [baik-baik] atau kata “Ahsanta” [kau telah berbuat kebaikan], bahkan jika si pembaca ayat al-Qur’an tadi salah dalam bacaan lalu ada orang mengatakan demikian, maka hukumnya bisa haram.
  1. Kesimpulan dari semua hal di atas adalah jangan sampai perayaan Maulid Nabi yang mulia ini dikotori dengan kemaksiatan-kemaksiatan yang dilarang oleh ajaran agama Islam.
·      Akibat dari kemungkaran dalam perayaan maulid.

Sebagaimana telah kami jelaskan di atas tentang beberapa ajaran dan tuntunan Islam dalam perayaan Maulid Nabi, yang jika kesemuanya dilakukan maka Insya Allah acara Maulid Nabi tersebut benar-benar membawa berkah bagi semua umat Islam, dengan semakin meningkatnya kebaikan dan keimanan umat Islam itu sendiri. Semua itu karena tentunya mereka akan benar-benar merasakan bagaiamana indahnya cinta dan mengikuti prilaku baginda Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi jika adab-adab perayaan Maulid, sebagaimana telah kami jelaskan di atas, tidak dilaksanakan, maka yang timbul adalah sebaliknya. Diantara kejelekan yang timbul jika perayaan Maulid Nabi tidak dilakukan dengan ajaran dan adab semestinya adalah sebagai berikut:
  1. Jika dalam pelaksanaan maulid terdapat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka yang muncul adalah jiwa yang munafik, karena seseorang menampakkan diri seolah-olah sebagai pecinta baginda Nabi, akan tetapi pada dasarnya dia adalah orang yang ingin menghancurkan agama dan umat baginda Nabi.
  2. Jika ada sekelompok orang melaksanakan perayaan maulid Nabi, akan tetapi didalamnya terdapat kemungkaran dan hal itu hanya didiamkan saja oleh para ulama yang ada, maka itu akan menimbulkan kesan diperbolehkannya perayaan maulid dengan model yang demikian. Disinilah salah satu fungsi dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar, tapi tentunya dengan kreteria-kreteria pelaksanaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang telah di jelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab karya mereka.
  3. Perayaan maulid Nabi yang didalamnya terdapat kemungkaran adalah satu bentuk tidak menghormati baginda Nabi, atau dalam bahasa pesantren dianggap sebagai Su’ul Adab. Karena pada dasarnya perayaan Maulid Nabi adalah salah satu bentuk Ta’dzim atau penghormatan kepada baginda Nabi. Sedang tindakan ma’siat adalah satu perbuatan yang tidak dicintai oleh baginda Nabi, maka sama saja dengan menyakiti baginda Nabi jika kita melaksanakan perayaan Maulid Nabi dengan segala bentuk kema’siatan didalamnya.
  4. Adanya kema’siatan dalam acara Maulid Nabi akan dijadikan celah oleh orang-orang yang tidak senang dengan substansi perayaan maulid itu sendiri. Walaupun sebenarnya itu hanyalah oknum saja, akan tetapi kenyataan yang menampilkan adanya kema’siatan dalam perayaan maulid bisa dijadikan justifikasi oleh mereka dalam melancarkan kritikan dan serangan mereka.
  5. Dan masih banyak kemusykilan yang muncul jika kita tidak berpegang dan berjalan sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam dalam perayaan Maulid Nabi.
Walhasil, dalam setiap tindakan, ucapan dan tingkah laku hendaknya kita sebagai umat Islam selalu berusaha untuk menjadikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai pedoman hidup. Sehingga kita tidak terjatuh dalam kerusakan dan kehancuran. Lebih-lebih jika amaliah yang kita lakukan adalah perayaan Maulid Nabi yang merupakan tindakan mulia menurut pandangan agama. Kita akan benar-benar merasakan manfaat, barokah serta kebaikan dari perayaan Maulid Nabi ini jika kita benar-benar melakukannya atas dasar cinta terhadap baginda Nabi, Ta’dzim kehadirat baginda Nabi dan syukur atas dilahirkannya baginda Nabi ke dunia ini sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan tentunya semua itu bisa dicapai—diantaranya—dengan selalu berusaha untuk sesuai dengan tuntunan beliau dalam bermaulid. Wallahu A’lam Bis Showab.



Kalisari:
21-Desember-2013 M.
Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger