Advertise 728x90

Pengantar Penulis (I)

Written By Unknown on Tuesday, November 19, 2013 | 4:48 AM


            Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi anugrah yang luar biasa kepada para kekasihnya. Dialah Dzat yang telah memberikan pemberian yang besar kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Dia nampak kepada mereka dengan nama-nama-Nya yang indah, hingga akal mereka menjadi linglung dan tak berdaya karena menyaksikan keagungan dan kesombongan-Nya. Ruh-ruh mereka berputar-putar mengitari kesucian dan kemulian-Nya karena sudah bingung. Semua keagungan-Nya telah menjadikan mereka fana’ sehingga mereka tidak melihat dirinya sendiri, bahkan saat mereka melihat langit dan bumi ini pun, maka yang mereka lihat hanya keagungan dan anugrah Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja.
            Saya bersaksi tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah semata. Kesaksian inilah yang saya jadikan simpanan sebagai bekal nanti saya bertemu dengan-Nya. Kesaksian ini pulalah yang saya jadikan perantara untuk mendapatkan pahala-Nya yang indah.
            Saya juga bersaksi, bahwa baginda Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah yang merupakan Nabi dan Rasul paling utama. Allah telah memberikan kepada beliau bermacam-macam ilmu dan pengetahuan yang gunung-gunung besar pun tidak akan mampu untuk menanggungnya.  Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan keselamatan kepada beliau selama-lamanya, bahkan saat beliau sudah meninggal sekalipun. Semoga Allah juga meridhai semua keluarga beliau yang mulia, yang tak lain merekalah yang menjadi pembela agama Allah ini dengan menggunakan pedang ataupun dengan keilmuan. Begitu juga kepada sahabat-sahabat beliau yang mulia dan para pengikut beliau yang selalu berusaha mengikuti beliau dengan baik. Amma ba’du:
            Tasawwuf adalah sesuatu yang tinggi derajatnya, besar perannya dalam jiwa, sangat dalam sekali manfaatnya. Ia bagaikan lentera yang selalu bersinar indah dan buah-buahan yang masak serta siap untuk di hidangkan. Lembah tasawwuf selalu penuh dengan buah-buahan dan selalu subur. Sedang orang-orang yang berkumpul karenanya, selalu mengumpulkan orang-orang yang datang kepadanya dengan membawa segala macam kebaikan. Ia membersihkan jiwa dari kotoran. Ia membersihkan hati dari berbagai macam najis. Ia menuntun jiwa-jiwa manusia, untuk melangkah menapaki jalan keberuntungan. Ia membantu manusia untuk menggapai ridha Allah yang Rahman.
            Di samping yang telah saya sebutkan di atas, tasawwuf adalah salah satu rukun dari agama Islam ini, yang berfungsi untuk menyempurnakan keyakinan pemeluknya. Inti dari ajaran tasawwuf adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan selalu berusaha kembali kepada Allah dalam menghadapi semua permasalahan, dengan selalu di imbangi ridha atas semua takdir Allah serta berusaha untuk tidak melalaikan segala hal yang di wajibkan oleh Allah dan tidak mendekati apa saja yang menjadi larangan Allah. Banyak kita temukan ungkapan-ungkapan yang di paparkan oleh para ulama dalam rangka mendefinisikan tasawwuf dan menjelaskan kreterianya. Semua hal itu menunjukkan betapa mulianya tasawwuf ini, karena banyaknya definisi tentang sesuatu tidak lain adalah bukti akan mulianya sesuatu tersebut. Di samping juga menjadi bukti tersendiri akan keagungan tujuan dari tasawwuf itu sendiri.
            Ada yang menyatakan bahwa tasawwuf adalah kesungguhan seseorang dalam lakunya untuk menuju kehadirat Allah Sang Maha Raja. Ada juga yang menyatakan bahwa tasawwuf adalah selalu berusaha untuk cocok dengan Allah dan berbeda dengan makhluk. Yang lain menyatakan bahwa tasawwuf adalah mencari perantar guna menggapai puncak kemuliaan. Sedang lainnya lagi menyatakan bahwa tasawwuf merupakan kebahagiaan seseorang untuk mendapatkan apa yang di cari. Dan ada juga yang menyatakan bahwa tasawwuf adalah upaya seseorang untuk menjaga dirinya agar selalu menepati janji dan tidak bersikap keras. Dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan lain yang merupakan deskripsi akan makna dan arti tasawwuf itu sendiri. Bahkan Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Asfahani—yang juga penganut tasawwuf—menuturkan bahwa ungkapan-ungkapan para ulama yang berusaha mendeskripsikan tasawwuf mencapai 1000 ungkapan, hal ini beliau tuturkan dalam buku beliau yang terkenal dengan judul “Hilyatul Awliya’”.
Al-Imam Abul Qasim Al-Junaidi—yang merupakan penghulu para sufi—barkata dalam mendeskripsikan tasawwuf: “ (Tasawwuf adalah) membersihkan hati dari hanya selalu menuruti makhluk saja, meninggalkan semua tingkah lakunya watak atau karakter seseorang, memadamkan segala sifat-sifat kemanusiaan, menjauhi segala hal yang bisa menumbuhkan hawa nafsu, selalu memperhatikan sifat-sifat ruhaniyah, memanfaatkan dunia untuk kepentingan sesuatu yang abadi, memberi nasehat kepada umat manusia, bersungguh-sungguh menepati janji kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti baginda Nabi dalam semua amaliah syari’at”.
            Ungkapan Imam Junaid di atas, mungkin adalah pernyataan paling kuat tentang tasawwuf yang dapat membuka tabir tentang makna tasawwuf. Semua ungkapan di atas, walaupun redaksi antara satu dan yang lain berbeda, akan tetapi mempunyai makna dan tujuan yang sama, karena setiap sufi mengeluarkan statement di atas sesuai dengan apa yang di tangkap dan di rasakan oleh mereka.
            Berangkat dari perbedaan tentang makna tasawwuf seperti telah saya sebutkan di atas, maka para ulama pun juga berbeda dalam mendefinisikan sufi atau pelaku tasawwuf itu sendiri. Dan dari mana pula kata sufi itu di ambil. Saat di tanya tentang siapakah sufi itu, Imam Abu ‘Ali Ar-Raudzabari berkata: “ (Sufi) adalah orang yang memakai kain wol, guna membersihkan hatinya. Ia berusaha untuk menjadikan hawa nafsunya mencicipi pahitnya di tinggal. Dunia ada di belakangnya dan ia selalu berusaha untuk mengikuti jalan baginda Nabi pilihan Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam”. Sementar Imam Sahl Bin Abdullah At-Tusturi berkata tentang seorang sufi: “Sufi adalah orang yang bersih dari segala kotoran, selalu penuh dengan renungan serta pemikiran. Ia hanya berhubungan dengan Allah serta terputus dari makhluk. Dan ia adalah orang yang emas dan debu adalah dua hal yang sama di hadapannya”. Al-Imam Taqiyyuddin As-Subki berkata dalam bait-bait syair gubahannya:
تنازع الناس في الصوفي واختلفوا # قدما وظنوه مشتقا من الصوف
ولست أنحل هذا الاسم غير فتى # صافى فصوفي حتى لقب الصوفي
Orang-orang berbeda pendapat dalam menentukan siapakah sufi itu dan perbedaan ini sudah di mulai dari dulu. Mereka mengira bahwa kata sufi di ambil dari kata “shuf” yang berarti bulu kulit. Tapi saya tidaklah nama ini kecuali bagi seorang pemuda yang benar-benar pilihan sehingga ia benar-benar bersih. Maka ia di juluki seorang sufi”.
Kedua bait ini adalah karya seorang penyair Abul Fath Al-Busti. Al-Imam Muhammad Mayyaroh Al-Maliki penulis buku komentar atas kitab Mursyidul Mu’in berkata: “dalam permasalahan pengambilan kata tasawwuf telah di sebutkan banyak pendapat. Yang kesemuanya bermuara pada usaha untuk selalu bersifat dengan budi perkerti yang terpuji dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela. Ada pula yang mengatakan di ambil dari kata As-Shofa’ yang berarti bersih”. Imam Abu Hafsh Al-Fasi berkata: “Menurut saya kata sufi terambil dari kata ‘shuf’ karena memang luar dan dalamnya terbuat darinya. Di samping kata shufi sendiri juga memuat 3 huruf yang kesemuanya menunjukkan pada kalimat-kalimat tertentu yang memiliki makna yang berbeda-beda dan merupakan karakteristik dari shufi itu sendiri. Huruf Shod dari kata shofa’ yang berarti bersih, huruf Waw dari kata Wafa’ yang berarti menepati janji dan huruf Faa’ dari kata Fana’ yang berarti rusak”.

Share Artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Artikel Terkait:
Sisipkan Komentar Anda Disini
Breaking News close button
Back to top

0 komentar

Bagaimana Pendapat Anda?
Powered by Blogger.
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger