Segala
puji hanya milik Allah yang telah memberi anugrah yang luar biasa kepada para
kekasihnya. Dialah Dzat yang telah memberikan pemberian yang besar kepada
hamba-hamba pilihan-Nya. Dia nampak kepada mereka dengan nama-nama-Nya yang
indah, hingga akal mereka menjadi linglung dan tak berdaya karena menyaksikan
keagungan dan kesombongan-Nya. Ruh-ruh mereka berputar-putar mengitari kesucian
dan kemulian-Nya karena sudah bingung. Semua keagungan-Nya telah menjadikan
mereka fana’ sehingga mereka tidak melihat dirinya sendiri, bahkan saat
mereka melihat langit dan bumi ini pun, maka yang mereka lihat hanya keagungan
dan anugrah Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja.
Saya
bersaksi tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah semata. Kesaksian
inilah yang saya jadikan simpanan sebagai bekal nanti saya bertemu dengan-Nya.
Kesaksian ini pulalah yang saya jadikan perantara untuk mendapatkan pahala-Nya
yang indah.
Saya
juga bersaksi, bahwa baginda Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah yang
merupakan Nabi dan Rasul paling utama. Allah telah memberikan kepada beliau
bermacam-macam ilmu dan pengetahuan yang gunung-gunung besar pun tidak akan
mampu untuk menanggungnya. Semoga Allah
selalu memberikan rahmat dan keselamatan kepada beliau selama-lamanya, bahkan
saat beliau sudah meninggal sekalipun. Semoga Allah juga meridhai semua
keluarga beliau yang mulia, yang tak lain merekalah yang menjadi pembela agama
Allah ini dengan menggunakan pedang ataupun dengan keilmuan. Begitu juga kepada
sahabat-sahabat beliau yang mulia dan para pengikut beliau yang selalu berusaha
mengikuti beliau dengan baik. Amma ba’du:
Tasawwuf
adalah sesuatu yang tinggi derajatnya, besar perannya dalam jiwa, sangat dalam
sekali manfaatnya. Ia bagaikan lentera yang selalu bersinar indah dan
buah-buahan yang masak serta siap untuk di hidangkan. Lembah tasawwuf selalu
penuh dengan buah-buahan dan selalu subur. Sedang orang-orang yang berkumpul
karenanya, selalu mengumpulkan orang-orang yang datang kepadanya dengan membawa
segala macam kebaikan. Ia membersihkan jiwa dari kotoran. Ia membersihkan hati
dari berbagai macam najis. Ia menuntun jiwa-jiwa manusia, untuk melangkah
menapaki jalan keberuntungan. Ia membantu manusia untuk menggapai ridha Allah
yang Rahman.
Di
samping yang telah saya sebutkan di atas, tasawwuf adalah salah satu rukun dari
agama Islam ini, yang berfungsi untuk menyempurnakan keyakinan pemeluknya. Inti
dari ajaran tasawwuf adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan selalu
berusaha kembali kepada Allah dalam menghadapi semua permasalahan, dengan
selalu di imbangi ridha atas semua takdir Allah serta berusaha untuk tidak
melalaikan segala hal yang di wajibkan oleh Allah dan tidak mendekati apa saja
yang menjadi larangan Allah. Banyak kita temukan ungkapan-ungkapan yang di
paparkan oleh para ulama dalam rangka mendefinisikan tasawwuf dan menjelaskan
kreterianya. Semua hal itu menunjukkan betapa mulianya tasawwuf ini, karena
banyaknya definisi tentang sesuatu tidak lain adalah bukti akan mulianya
sesuatu tersebut. Di samping juga menjadi bukti tersendiri akan keagungan
tujuan dari tasawwuf itu sendiri.
Ada
yang menyatakan bahwa tasawwuf adalah kesungguhan seseorang dalam lakunya untuk
menuju kehadirat Allah Sang Maha Raja. Ada juga yang menyatakan bahwa tasawwuf
adalah selalu berusaha untuk cocok dengan Allah dan berbeda dengan makhluk. Yang
lain menyatakan bahwa tasawwuf adalah mencari perantar guna menggapai puncak
kemuliaan. Sedang lainnya lagi menyatakan bahwa tasawwuf merupakan kebahagiaan
seseorang untuk mendapatkan apa yang di cari. Dan ada juga yang menyatakan
bahwa tasawwuf adalah upaya seseorang untuk menjaga dirinya agar selalu
menepati janji dan tidak bersikap keras. Dan masih banyak lagi
ungkapan-ungkapan lain yang merupakan deskripsi akan makna dan arti tasawwuf
itu sendiri. Bahkan Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Asfahani—yang juga penganut
tasawwuf—menuturkan bahwa ungkapan-ungkapan para ulama yang berusaha
mendeskripsikan tasawwuf mencapai 1000 ungkapan, hal ini beliau tuturkan dalam
buku beliau yang terkenal dengan judul “Hilyatul Awliya’”.
Al-Imam Abul
Qasim Al-Junaidi—yang merupakan penghulu para sufi—barkata dalam
mendeskripsikan tasawwuf: “ (Tasawwuf adalah) membersihkan hati dari hanya
selalu menuruti makhluk saja, meninggalkan semua tingkah lakunya watak atau
karakter seseorang, memadamkan segala sifat-sifat kemanusiaan, menjauhi segala
hal yang bisa menumbuhkan hawa nafsu, selalu memperhatikan sifat-sifat
ruhaniyah, memanfaatkan dunia untuk kepentingan sesuatu yang abadi, memberi
nasehat kepada umat manusia, bersungguh-sungguh menepati janji kepada Allah dan
berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti baginda Nabi dalam semua amaliah
syari’at”.
Ungkapan
Imam Junaid di atas, mungkin adalah pernyataan paling kuat tentang tasawwuf
yang dapat membuka tabir tentang makna tasawwuf. Semua ungkapan di atas,
walaupun redaksi antara satu dan yang lain berbeda, akan tetapi mempunyai makna
dan tujuan yang sama, karena setiap sufi mengeluarkan statement di atas sesuai
dengan apa yang di tangkap dan di rasakan oleh mereka.
Berangkat
dari perbedaan tentang makna tasawwuf seperti telah saya sebutkan di atas, maka
para ulama pun juga berbeda dalam mendefinisikan sufi atau pelaku tasawwuf itu
sendiri. Dan dari mana pula kata sufi itu di ambil. Saat di tanya tentang
siapakah sufi itu, Imam Abu ‘Ali Ar-Raudzabari berkata: “ (Sufi) adalah
orang yang memakai kain wol, guna membersihkan hatinya. Ia berusaha untuk
menjadikan hawa nafsunya mencicipi pahitnya di tinggal. Dunia ada di
belakangnya dan ia selalu berusaha untuk mengikuti jalan baginda Nabi pilihan
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam”. Sementar Imam Sahl Bin
Abdullah At-Tusturi berkata tentang seorang sufi: “Sufi adalah orang yang
bersih dari segala kotoran, selalu penuh dengan renungan serta pemikiran. Ia
hanya berhubungan dengan Allah serta terputus dari makhluk. Dan ia adalah orang
yang emas dan debu adalah dua hal yang sama di hadapannya”. Al-Imam
Taqiyyuddin As-Subki berkata dalam bait-bait syair gubahannya:
تنازع الناس في
الصوفي واختلفوا # قدما وظنوه مشتقا من الصوف
ولست أنحل هذا الاسم
غير فتى # صافى فصوفي حتى لقب الصوفي
“Orang-orang berbeda pendapat
dalam menentukan siapakah sufi itu dan perbedaan ini sudah di mulai dari dulu. Mereka
mengira bahwa kata sufi di ambil dari kata “shuf” yang berarti bulu kulit. Tapi
saya tidaklah nama ini kecuali bagi seorang pemuda yang benar-benar pilihan
sehingga ia benar-benar bersih. Maka ia di juluki seorang sufi”.
Kedua bait ini adalah karya seorang penyair Abul Fath
Al-Busti. Al-Imam Muhammad Mayyaroh Al-Maliki penulis buku komentar atas kitab Mursyidul
Mu’in berkata: “dalam permasalahan pengambilan kata tasawwuf telah di
sebutkan banyak pendapat. Yang kesemuanya bermuara pada usaha untuk selalu
bersifat dengan budi perkerti yang terpuji dan meninggalkan sifat-sifat yang
tercela. Ada pula yang mengatakan di ambil dari kata As-Shofa’ yang
berarti bersih”. Imam Abu Hafsh Al-Fasi berkata: “Menurut saya kata sufi
terambil dari kata ‘shuf’ karena memang luar dan dalamnya terbuat
darinya. Di samping kata shufi sendiri juga memuat 3 huruf yang kesemuanya
menunjukkan pada kalimat-kalimat tertentu yang memiliki makna yang berbeda-beda
dan merupakan karakteristik dari shufi itu sendiri. Huruf Shod dari kata
shofa’ yang berarti bersih, huruf Waw dari kata Wafa’ yang
berarti menepati janji dan huruf Faa’ dari kata Fana’ yang
berarti rusak”.
0 komentar