Bab
I:
Fase
Kecil-Menikah
a.
Mbah
Sholih Kecil Dan Kakak-Adek.
Nama lengkap beliau adalah Sholih Bin
Mbah KH. Abdullah Mudzakkir Bin Mbah Ibrahim Suro. Beliau biasa dipanggil dan
dikenal dengan nama Mbah Sholih. Pasangan Mbah Mudzakkir dan Mbah Nyai Murni dikaruniai
7 orang putra dan putri. Sedang Mbah Sholih sendiri adalah putra ke-5 dari
pasangan Mbah Kiai Abdullah Mudzakkir dan Mbah Nyai Murni tersebut. Putra-putri
Mbah Mudzakkir dengan istri Mbah Murni yang lain adalah Mbah M. Hadi [wafat:
1237 H], Mbah Aminah [lahir: 27-Rojab-1327 H], Mbah Imronah [lahir: 6-Rabi’
Ats-Tsani-1330 H], Mbah M. Dainuri, Mbah Sholih (tokoh yang kita bicarakan
dalam kesempatan ini [wafat: 2-Jumadal Akhirah-1974 M]) , dan kedua putra-putri
kembar, yakni Mbah Amnan dan Mbah Hamimah [keduanya lahir: 24-Romadhan-1338 H].
Selanjutnya, data yang bisa kami lacak
mengatakan bahwa dari sekian putra-putri Mbah Mudzakkir dengan istri mbah Murni
ini, hanya dua orang putri saja yang sampai sekarang masih bisa kita temui
anak-anak dan cucu-cucunya. Yaitu Mbah Aminah yang menikah dengan Mbah Sholih
bin Mbah KH. Abdullah Sajjad, Sendang Guwo, Semarang. Dan konon ceritanya, Mbah
Sajjad ini adalah teman seperguruan dari Mbah Mudzakkir sendiri saat masih
nyantri di pesantrennya Mbah Sholih Ndarat, Semarang. Lalu entah bagaimana
ceritanya, kedua sahabat ini akhirnya menjodohkan putra dan putri mereka yang
sangat mungkin sekali mempunyai tujuan untuk mempererat persahabatan dan Ukhuwah
Islamiyyah. Bahkan menurut cerita tutur dari nenek penulis sendiri—Mbah
Muslimah Binti Aminah—Mbah Sholih Sajjad ini pun menikah lagi dengan Mbah
Hamimah setelah kakaknya, yaitu Mbah Aminah, wafat. Hanya saja, dari pernikahan
kedua ini, mbah Sholih Sajjad wafat terlebih dahulu sebelum Allah memberikan keturunan
kepada keduanya.
Dari pernikahan Mbah Aminah dengan Mbah
Sholih Sajjad ini, Allah memberi karunia seorang putri saja, yaitu Mbah
Muslimah yang kemudian menikah dengan Mbah Abdurrosyid asal Jali, Bonang,
Demak. Dan Alhamdulillah, putra-putri serta cucu-cucu Mbah Muslimah dan Mbah
Abdurrosyid ini sampai sekarang masih ada dan bisa ditemui oleh penulis.
Sebagian ada yang bertempat tinggal ditanah kelahiran mereka, yakni Dukuhan,
Demak. Dan ada sebagian lagi yang lain bertempat tinggal di Solo, Jakarta dan
Magelang.
Disamping keluarga Mbah Aminah, ada
juga keluarga Mbah Imronah yang menikah dengan Mbah Kiai As’ad yang mana beliau
merupakan salah satu murid dari Mbah Mudzakkir sendiri. Jadi jika ada seorang
kiai yang kemudian menikahkan putrinya dengan salah satu santrinya, memang itu
merupakan sebuah tradisi leluhur yang sudah pernah ada dan dijalankan oleh
mereka. Sampai sekarang ini, kita masih bisa menemui putra-putri Mbah Imronah
dan Mbah As’ad ini, yang sebagian besar dari mereka sekarang ini menjadi
penyebar dakwah Islam di desa Jroto dan Lengkong. Rata-rata mereka berdakwah
dengan mengajar ilmu agama di Masjid, Musholla maupun Madrasah yang
dulu-dulunya dipelopori oleh orang tua mereka bersama rakyat sekitar.
b.
Mbah
Sholih Menikah.
Berdasarkan wawancara yang penulis
lakukan terhadap salah satu murid terdekat mbah sholih yang masih hidup sampai
sekarang, yaitu Bapak Sya’roni, Kalisari Dempel, Sayung, Demak. Penulis
menemukan sebuah keterangan yang menyebutkan bahwa ternyata Mbah Sholih pernah
menikah sebanyak 3 kali dengan wanita yang berbeda-beda. Sedang menurut murid
beliau yang lain, yakni Bapak Aman Dukuhan, Mbah Sholih pernah menikah sebanyak
2 kali. Tapi penulis sendiri menyimpulkan bahwa pendapat Bapak
Sya’roni dalam hal ini mungkin lebih tepat dengan beberapa alasan. Pertama
Bapak Aman menyampaikan pendapatnya dengan nada agak ragu-ragu. Kedua
Bapak Sya’roni sangat yakin sekali. Ketiga Bapak Sya’roni adalah orang
yang sangat dekat dengan Mbah Sholih. Berikut ini adalah beberapa data tentang
beberapa wanita yang pernah menjadi istri dari Mbah Sholih, hasil dari beberapa
wawancara dengan narasumber yang ada:
1.
Menurut riwayat
Bapak Sya’roni, Mbah Sholih pertama kali menikah dengan seorang wanita asal
daerah Sendang Guwo, Semarang. Hanya saja Bapak Sya’roni meriwayatkan tentang
istri pertama ini dengan sedikit ragu-ragu, disamping juga lupa siapa nama dan
dimana tepatnya rumah wanita tersebut. Berbeda lagi dengan versi Bapak Aman
Plotro yang mengatakan bahwa Mbah Sholih pernah menikah dengan seorang wanita
dari daerah Ngilir, Semarang. Cerita pak Aman, dulu saat pembangunan Masjid
pertama kali, masyarakat memberikan sumbangan sesuai dengan hasil panen yang
ada disawah masing-masing. Jika musimnya adalah panen jagung, maka masyarakat
menyumbang jagung. Begitu juga andaikan panennya adalah padi, maka yang
disumbangkan adalah padi. Lalu padi ataupun jagung itu diberikan kepada
pengurus pondok untuk kemudian dijual dan hasil dari penjualan itu dibelikan
tanah didaerah Ngilir, Semarang. Nah, pada waktu itu setelah sawah terbeli,
para santri kemudian berduyun-duyun pergi bersama-sama dengan berjalan—karena
pada waktu itu memang kendaraan masih sangat langka, bahkan sepeda onthel
sekalipun—untuk kerja bakti di sawah. Dan entah bagaimana ceritanya, akhirnya
Mbah Sholih menikah dengan seorang gadis asal Ngilir, Semarang.
2.
Wanita kedua yang
pernah dinikahi oleh Mbah Sholih adalah Nyai Shofiyah putri Mbah Kiai Siroj,
yang tak lain dan tak bukan adalah seorang Kiai dari desa Prampelan, Demak. Dan
setelah kami runut-runut dan adakan wawancara dengan beberapa orang, ternyata
Mbah Siroj ini pun adalah salah satu kawan dari Mbah Mudzakkir saat sama-sama
nyantri di Mbah Sholih Ndarat, Semarang. Dari berbagai sumber yang kami
dapatkan, dulu ada trio Kiai besar yang satu perguruan—sama-sama santri Mbah
Sholih Ndarat—dan mempunyai peran dakwah yang besar dan signifikan di kecamatan
Sayung ini. Trio Kiai ini adalah Mbah Kiai Abdullah Mudzakkir, Mbah Kiai Siroj
Prampelan dan Mbah Kiai Mahfudz (beliau adalah sesepuh dari Kiai Muhammad Ajib,
Purwosari) Prampelan juga. Hanya saja, dari pernikahan beliau dengan putri Kiai
Siroj ini, Mbah Sholih tidak dikaruniai keturunan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dan bahkan, pernikahannya ini pun akhirnya kandas ditengah jalan
dan berakhir dengan perceraian. Hingga akhirnya putri Kiai Siroj tadi menikah
lagi dengan Mbah KH. Muslih Abdurrohman Mranggen, Demak. Cerita ini kami
dapatkan dari ibu penulis sendiri beserta beberapa paman-paman penulis dari
pihak ibu, karena memang ibu penulis masih memiliki hubungan keluarga dengan
Kiai Siroj Prampelan melalui jalur kakek, yaitu Mbah Kiai Anwar Sidorawuh yang
merupakan keponakan langsung dari Kiai Siroj prampelan. Dan dari cerita tutur
yang sampai kepada penulis, dulu-dulunya Mbah Anwar pun sering berkunjung ke
Dukuhan. Dan sangat mungkin sekali bahwa kunjungan tersebut adalah guna
bersilaturrahim dengan sepupunya yang waktu itu masih berstatus istri dari Mbah
Sholih.
3.
Wanita ketiga yang
pernah dinikahi oleh Mbah Sholih adalah Nyai Imronah yang sampai sekarang masih
hidup di desa Kalisari, Sayung, Demak. Dan lagi-lagi pernikahan yang ketiga ini
pun nampaknya juga putus ditengah jalan dan berakhir dengan perceraian. Hingga
akhirnya Nyai Imronah ini menikah lagi dengan Bapak Ridhwan asal Dukuhan,
Kalisari.
Yang kemudian menjadi pertanyaan
adalah kenapa pernikahan-pernikahan yang beliau lakukan selalu gagal dan
berakhir dengan perceraian? Menurut pemahaman dari Bapak Sya’roni, Mbah Sholih
adalah orang yang menikah secara Syar’i, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara biologis saja. Saat beliau di Tanya kenapa tidur bersama-sama
santrinya, maka beliau menjawab bahwa secara Syar’i seseorang menikah tidak
harus dikumpuli. Nah, mungkin saja ini menjadikan istri-istri beliau tidak kuat
dengan tatacara beliau memandang sebuah pernikahan.
Bersambung....
4 komentar
boleh tanya? siapakah nama2 keturunan dari pernikahan mbah abdurrosyid jali bonang dengan mbah muslimah, kebetulan saya juga sedang menyusun manaqib buyut saya KH. Abdullah Sajad Sendangguwo
Bp H. Ridwan yg menikahi mantan istri Mbah Sholeh tinggal di Dukuh Kenteng Wringinjajar Mranggen
Ada 6 orang putra dari Simbah Muslimah dengan Mbah Sholeh bin Sajjad. Untuk jelasnya, silahkan mampir ke Dukuhan. Bertemu dengan KH. Hanif Faishal yang merupakan salah satu putra dari Mbah Muslimah dan Mbah Abdurrosyid.
Sip. Terima kasih infonya.