28 November 2013 pukul 20:05
إن
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِل لَهُ وَمَنْ يضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَن سَيِّدَنَا مُحَمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبيّ بَعْدَهُ، اللهُم
فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ…
أَمّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَن اتّقَى…
قَالَ اللهُ تَعَالَى :“يَآأَيّهَا الّذِيْنَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَق تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مسْلِمُونَ”.
marilah
kita bersama-sama senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan
perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya
tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya kecuali
taqwanya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk
dalam golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam
yang mulia di sisi Ilahi.
Baru saja kita memasuki tahun 1435
Hijriyah, sejarah tahun baru Islam ini memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan perintiwa hijrah nabi saw. yang sarat dengan makna dan
pelajaran bagi umat Islam. Dan Sejarah telah mencatat bahwa Khalifah
Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali menetapkan penanggalan
hijriyah atas usul imam ALI . mengapa penanggalan islam ini di mulai
dari hijrahnya Nabi bukan dari kelahiran Nabi, atau dimulai dari pertama
kali turunnya wahyu . karena peristiwa hijrah mengandung banyak
pelajaran dan hikmah yang besar sekali.
Secara bahasa hijrah
artinya meninggalkan suatu tempat. Secara istilah , Menurut Ar Raghib al
Ashfahany, hijrah berarti keluar dari darul kufur, yakni keluar daari
wilayah yang tidak menerapkan hukum-hukum Islam, menuju darul iman
(yakni wilayah yg menerapkan seluruh hukum Islam)
Hijrahnya Nabi
dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa penting yang mengubah wajah
umat Islam saat itu. Umat yang awalnya tertindas & teraniaya di
Makkah selama 13 tahun, setelah hijrah ke Madinah dan berhasil
menegakkan tatanan masyarakat yang islamy dalam sebuah negara, berubah
menjadi umat yang mulia, kuat dan disegani. Oleh karena itu tatkala
mendiskusikan tentang penanggalan Islam, Umar bin Khaththab ra.
menyatakan:
بل نؤرخ لمهاجرة رسول الله، فإن مهاجرته فرق بين الحق والباطل
Bahkan
kita akan menghitung penanggalan berdasarkan hijrahnya Rasulullah,
sesungguhnya Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Dengan Dipakainya kalender hijriyah dimaksudkan agar umat islam senantiasa bisa mengambil ibroh atau pelajaran akan makna hijrah
Setelah
menetap dimadinah Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk
membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan
Hal
pertama yang dilakukan Rasulullah begitu beliau menginjakkan kaki di
kota Madinah adalah mendirikan masjid. Masjid ini tidak saja berfungsi
sebagai tempat ibadah ritual melainkan juga sebagai pusat pengkaderan
pejuang-pejuang islam , sebagai pusat segala aktifitas masyarakat Islam,
baik dalam bidang spiritual maupun keduniaan. Di dalam lingkungan
masjid inilah masyarakat Madinah menimba berbagai ilmu pengetahuan.
Mulai ilmu pengetahuan keagamaan hingga ilmu pengetahuan umum.
Hal
Kedua yang dilakukan rosululloh ialah mempersaudarakan, mempertalikan
hubungan kekeluargaan atara penduduk Madinah dengan orang-orang yang
ikut hijrah dari Makah.
Hal Ketiga yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW ialah mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslim
dengan orang-orang selain muslim.
Dalam kesempatan khutbah ini
kami ingin menekankan betapa pentingnya persaudaraan antar umat islam.
Bahwa Ajaran Islam mendorong persatuan dan solidaritas di antara kaum
Muslimin tanpa memandang perbedaan ras, etnis, bahasa dan mazhab
untuk
mengikat umat Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah
ke dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib, seperjuangan dengan
semangat persaudaraan Islam Nabi mempersaudarakan orang-orang Muhajirin
dan orang-orang Anshar.
Ja’far bin abi tholib di persaudarakan
dengan mu’ad bin jabal, hamzah bin abdul mutholib dengan zaid bin
harisah, abu bakar dengan khorijah bin zuhair, umar bin khottob dengan
utban bin malik, abdurrohman bin auf dengan saad ibnu robi’ dll
Sedang
Ali bin Abi Thalib dipilih untuk menjadi saudara Baginda Nabi sendiri.
Selanjutnya setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar
dan persaudaraan itu seperti saudara kandung sendiri.bahkan Mereka lebih
mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri
Karat-karat
dendam dan noda-noda jahiliyah telah dibersihkan dari hati mereka.
Rasulullah Saw adalah rahmat untuk menjaga dan mengokohkan persatuan.
Mereka amalkan dan pegang teguh firman alloh
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.”,
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".
وكونوا عباد الله إخوانا ، المسلم أخو المسلم ، لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره ،
“Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”
Begitulah
generasi Islam pertama -semoga keridhaan Allah atas mereka- dalam
memahami makna persaudaraan dan kekeluargaan dalam Islam yang agung ini.
Iman dalam dada telah menumbuhkan rasa cinta, kedekatan, dan
persaudaraan yang paling luhur dan abadi di antara mereka. Mereka ibarat
satu tubuh, satu hati, dan satu tangan. Dan inilah karunia Allah yang
selalu diingat-ingatkan Alloh kepada mereka pada surat Al-Anfal ayat 63
وَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا
أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ
إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"dan dialah Yang mempersatukan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati
mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya
Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana".
Kaum Anshar begitu tulus dalam
menjalin dan menolong kaum muhajirin . sehingga Allah berkenan
mengabadikan keluhuran budi kaum Anshar itu dalam Al-Qur’an agar
dikenang oleh manusia sepanjang zaman. Hingga kini keluhuran itu masih
tampak bersinar terang di permukaan wajah zaman. Tentang kaum Anshar
Allah berfirman,
وَ الَّذينَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَ الْإيمانَ مِنْ
قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لا يَجِدُونَ في
صُدُورِهِمْ حاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَ يُؤْثِرُونَ عَلى أَنْفُسِهِمْ وَ
لَوْ كانَ بِهِمْ خَصاصَةٌ وَ مَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah
dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan mereka
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(Al-Hasyr: 9)
وَ الَّذينَ جاؤُ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنا وَ لِإِخْوانِنَا الَّذينَ سَبَقُونا بِالْإيمانِ وَ لا
تَجْعَلْ في قُلُوبِنا غِلاًّ لِلَّذينَ آمَنُوا رَبَّنا إِنَّكَ رَؤُفٌ
رَحيمٌ
"Dan (pula) orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka
itu berkata; "Ya Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara¬saudara kami
yang telah men¬dahului kami dengan iman dan janganlah Engkau jadikan di
da¬lam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman; Tuhan
kami! Sesungguhnya Eng¬kau adalah Maha Penyantun, Maha Penyayang".
Begitulah
putera-putera Islam selanjutnya menapaki tangga keluhuran khususnya
generasi pertama yang jiwa-jiwa mereka dipenuhi oleh rasa persaudaraan
imani. Pada mereka tak ada perbedaan antara Muhajir dan Anshar, tak ada
jarak antara orang Mekkah dengan orang Yaman. Mereka lebur dalam ummatan
wahidah, umat islam. Inilah rahasianya, mengapa dulu umat islam mampu
membangun peraaban dunia. Tak lain karena persatuan ummat islam begitu
kokoh. Tidak tersekat dalam kotak2 suku, kabilah dll.
Bila kita
membaca Al-Qur’an,membaca Sunah Rasul yang agung, dan sejarah para
leluhur dari putera-putera terbaik agama ini, niscaya akan kita temukan
semua yang dapat menyejukkan mata dan menenteramkan hati kita. sungguh
amat jauh dari keadaan umat islam saat ini
Sebagai akhir khutbah
ini kami tekankankan Bahwa Ajaran Islam mendorong persatuan dan
solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang perbedaan ras,
etnis, bahasa dan mazhab. bukan malah sebaliknya ajaran yang suka
mengkafirkaan, menuduh sesat yang diluar kelompoknya, membidahkan sesama
muslim
Umat Islam yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa secara
bersamaan menyuarakan kalimat Tauhid "La Ilaha Illa Allah" dan
mempercayai risalah Nabi Muhammad Saw serta meyakini bahwa Islam adalah
agama penutup. Umat Islam meyakini al-Quran sebagai kitab suci langit
yang menjadi pedoman bagi mereka dalam menjalani kehidupan. Mereka
menunaikan salat ke arah kiblat yang sama dan melaksanakan ibadah haji
di tanah suci Mekah serta menjadikan Idul Kurban sebagai hari raya umat
Islam. Selain itu, umat Islam juga mencintai keluarga Rasulullah Saw dan
menghormatinya.
Semua hal tersebut telah cukup untuk
menyambungkan hati-hati umat Islam dan menggugah perasaan persaudaraan
di antara mereka. Dengan tujuan dan perasaan yang sama itu, umat Islam
dapat menciptakan persatuan dan solidaritas, dan menjamin
kepentingan-kepentingan bersama.
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ
فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ – إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا
فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا
أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ
مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا- بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمَْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ
Oleh: Ust. M. Ajib.
0 komentar