Advertise 728x90

Latest Post

Khutbah Tentang Persaudaraan Di Masjid Jami' Sayung

Written By Unknown on Thursday, November 28, 2013 | 5:48 AM

28 November 2013 pukul 20:05
إن الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِل لَهُ وَمَنْ يضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَن سَيِّدَنَا مُحَمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبيّ بَعْدَهُ، اللهُم فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ…
أَمّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَن اتّقَى…
قَالَ اللهُ تَعَالَى :“يَآأَيّهَا الّذِيْنَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَق تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مسْلِمُونَ”.
marilah kita bersama-sama senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya kecuali taqwanya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di sisi Ilahi.
Baru saja kita memasuki tahun 1435 Hijriyah, sejarah tahun baru Islam ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan perintiwa hijrah nabi saw. yang sarat dengan makna dan pelajaran bagi umat Islam. Dan Sejarah telah mencatat bahwa Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali menetapkan penanggalan hijriyah atas usul  imam ALI . mengapa penanggalan islam ini di mulai dari hijrahnya Nabi bukan dari kelahiran Nabi, atau dimulai dari pertama kali turunnya wahyu . karena peristiwa hijrah mengandung  banyak pelajaran dan hikmah yang besar sekali.
Secara bahasa hijrah artinya meninggalkan suatu tempat. Secara istilah , Menurut Ar Raghib al Ashfahany, hijrah berarti keluar dari darul kufur, yakni keluar daari wilayah yang tidak menerapkan hukum-hukum Islam, menuju darul iman (yakni wilayah yg menerapkan seluruh hukum Islam)
Hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa penting yang mengubah wajah umat Islam saat itu. Umat yang awalnya tertindas & teraniaya di Makkah selama 13 tahun, setelah hijrah ke Madinah dan berhasil menegakkan tatanan masyarakat yang islamy dalam sebuah negara, berubah menjadi umat yang mulia, kuat dan disegani. Oleh karena itu tatkala mendiskusikan tentang penanggalan Islam, Umar bin Khaththab ra. menyatakan:
بل نؤرخ لمهاجرة رسول الله، فإن مهاجرته فرق بين الحق والباطل
Bahkan kita akan menghitung penanggalan berdasarkan hijrahnya Rasulullah, sesungguhnya Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Dengan Dipakainya kalender hijriyah dimaksudkan agar umat islam senantiasa bisa mengambil ibroh atau pelajaran akan makna hijrah
Setelah menetap dimadinah Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan
Hal pertama yang dilakukan Rasulullah begitu beliau menginjakkan kaki di kota Madinah adalah mendirikan masjid. Masjid ini tidak saja berfungsi sebagai tempat ibadah ritual melainkan juga sebagai pusat pengkaderan pejuang-pejuang islam , sebagai pusat segala aktifitas masyarakat Islam, baik dalam bidang spiritual maupun keduniaan. Di dalam lingkungan masjid inilah masyarakat Madinah menimba berbagai ilmu pengetahuan. Mulai ilmu pengetahuan keagamaan hingga ilmu pengetahuan umum.
Hal Kedua yang dilakukan rosululloh ialah mempersaudarakan, mempertalikan hubungan kekeluargaan atara penduduk Madinah dengan orang-orang yang ikut hijrah dari Makah.
Hal Ketiga yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ialah mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslim dengan orang-orang selain muslim.
Dalam kesempatan khutbah ini kami ingin menekankan betapa pentingnya persaudaraan antar umat islam. Bahwa Ajaran Islam mendorong persatuan dan solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang perbedaan ras, etnis, bahasa dan mazhab
untuk mengikat umat Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib, seperjuangan dengan semangat persaudaraan Islam Nabi mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar.
 Ja’far bin abi tholib di persaudarakan dengan mu’ad bin jabal, hamzah bin abdul mutholib dengan zaid bin harisah, abu bakar dengan khorijah bin zuhair, umar bin khottob dengan utban bin malik, abdurrohman bin auf dengan saad ibnu robi’ dll
Sedang  Ali bin Abi Thalib dipilih untuk menjadi saudara Baginda Nabi sendiri. Selanjutnya setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar dan persaudaraan itu seperti saudara kandung sendiri.bahkan Mereka lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri
Karat-karat dendam dan noda-noda jahiliyah telah dibersihkan dari hati mereka. Rasulullah Saw adalah rahmat untuk menjaga dan mengokohkan persatuan. Mereka amalkan dan pegang teguh firman alloh
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.”,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". 
وكونوا عباد الله إخوانا ، المسلم أخو المسلم ، لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره ،
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”
Begitulah generasi Islam pertama -semoga keridhaan Allah atas mereka-  dalam memahami makna persaudaraan dan kekeluargaan dalam Islam yang agung ini. Iman dalam dada telah menumbuhkan rasa cinta, kedekatan, dan persaudaraan yang paling luhur dan abadi di antara mereka. Mereka ibarat satu tubuh, satu hati, dan satu tangan. Dan inilah karunia Allah yang selalu diingat-ingatkan Alloh kepada mereka pada surat Al-Anfal ayat 63
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"dan dialah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana".
Kaum Anshar begitu tulus dalam menjalin dan menolong kaum muhajirin . sehingga Allah berkenan mengabadikan keluhuran budi kaum Anshar itu dalam Al-Qur’an agar dikenang oleh manusia sepanjang zaman. Hingga kini keluhuran itu masih tampak bersinar terang di permukaan wajah zaman. Tentang kaum Anshar Allah berfirman,
وَ الَّذينَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَ الْإيمانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لا يَجِدُونَ في‏ صُدُورِهِمْ حاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَ يُؤْثِرُونَ عَلى‏ أَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كانَ بِهِمْ خَصاصَةٌ وَ مَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan mereka (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
وَ الَّذينَ جاؤُ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنا وَ لِإِخْوانِنَا الَّذينَ سَبَقُونا بِالْإيمانِ وَ لا تَجْعَلْ في‏ قُلُوبِنا غِلاًّ لِلَّذينَ آمَنُوا رَبَّنا إِنَّكَ رَؤُفٌ رَحيمٌ
"Dan (pula) orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka itu berkata; "Ya Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara¬saudara kami yang telah men¬dahului kami dengan iman dan janganlah Engkau jadikan di da¬lam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman; Tuhan kami! Sesungguhnya Eng¬kau adalah Maha Penyantun, Maha Penyayang".
Begitulah putera-putera Islam selanjutnya menapaki tangga keluhuran khususnya generasi pertama yang jiwa-jiwa mereka dipenuhi oleh rasa persaudaraan imani. Pada mereka tak ada perbedaan antara Muhajir dan Anshar, tak ada jarak antara orang Mekkah dengan orang Yaman. Mereka lebur dalam ummatan wahidah, umat islam. Inilah rahasianya, mengapa dulu umat islam mampu membangun peraaban dunia. Tak lain karena persatuan ummat islam begitu kokoh. Tidak tersekat dalam kotak2 suku, kabilah dll.
Bila kita membaca Al-Qur’an,membaca Sunah Rasul yang agung, dan sejarah para leluhur dari putera-putera terbaik agama ini, niscaya akan kita temukan semua yang dapat menyejukkan mata dan menenteramkan hati kita. sungguh amat jauh dari keadaan umat islam saat ini
Sebagai akhir khutbah ini kami tekankankan Bahwa Ajaran Islam mendorong persatuan dan solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang perbedaan ras, etnis, bahasa dan mazhab. bukan malah sebaliknya ajaran yang suka mengkafirkaan, menuduh sesat yang diluar kelompoknya, membidahkan sesama muslim
Umat Islam yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa secara bersamaan menyuarakan kalimat Tauhid "La Ilaha Illa Allah" dan mempercayai risalah Nabi Muhammad Saw serta meyakini bahwa Islam adalah agama penutup. Umat Islam meyakini al-Quran sebagai kitab suci langit yang menjadi pedoman bagi mereka dalam menjalani kehidupan. Mereka menunaikan salat ke arah kiblat yang sama dan melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekah serta menjadikan Idul Kurban sebagai hari raya umat Islam. Selain itu, umat Islam juga mencintai keluarga Rasulullah Saw dan menghormatinya.
Semua hal tersebut telah cukup untuk menyambungkan hati-hati umat Islam dan menggugah perasaan persaudaraan di antara mereka. Dengan tujuan dan perasaan yang sama itu, umat Islam dapat menciptakan persatuan dan solidaritas, dan menjamin kepentingan-kepentingan bersama.
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ – إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا- بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمَْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Oleh: Ust. M. Ajib.

هذه مناجاة للإمام أبي مدين التلمساني

Written By Unknown on Friday, November 22, 2013 | 5:16 PM


قال:

لَسْتُ أَنْسَى الأحْبَابَ مَا دُمْتُ حَيَا # إِذْ نَوَوْا لِلنَوَى مَكَانًا قَصِيَا

Aku tidak akan pernah melupakan para kekasihku, selama aku masih hidup. Hanya karena mereka memilih menjauh dan tinggal di tempat nun jauh di sana.

وَتَلَوْا آيَةَ الوَدَاعِ فَخَرُوْا # خِيْفَةَ البَيْنِ سُجَدًا وَبُكِيَا

Mereka membaca ayat perpisahan, lalu menundukkan diri mereka dengan sujud dan tangisan, karena takut akan perpisahan ini.

فَبِذِكْرَاهُمُوْ تَسِيْلُ دُمُوْعِيْ # كُلَمَا اشْتَقْتُ بُكْرَةً وَعَشِيَا

Dengan mengingat mereka, air mataku meleleh, yakni setiap aku merindukan mereka pagi dan sore hari.

وَأُنَاجِيْ الِإلَهَ مِنْ فُرْطِ حُزْنِي # كَمُنَاجَاةِ عَبْدِهِ زكَرِيَا

Akupun bermunajat kepada Tuhanku karena membuncahnya kesusahanku, sebagaimana dulu hamba-Nya Zakariya bermunajat.

وَاخْتَفَى نُوْرُهُمْ فَنَادَيْت رَبِيْ # فِيْ ظُلَامِ الدُجَى نِدَاءً خَفِيَا

Ketika itu, sinar cahaya mereka pun meredup, lalu ku panggil-panggil Tuhanku dalam pekatnya kegelapan malam, dengan panggilan yang samar.

وَهْنَ العَظْمُ بِابْتِعَادٍ فَهَبْ لِيْ # بِالْقُرْبِ مِنْ لَدُنْكَ وَلِيَا
Lemah sudah tulang persendianku ini sebab mereka menjauhiku. Maka berilah aku kedekatan kepada-Mu duhai kekasihku

فَاسْتَجِبْ فِيْ الهَوَى دُعَائِيْ فَإِنِي # لَمْ أَكُنْ بِالدُعَاءِ رَبِ شَقِيَا

Kabulkanlah doaku dalam urusan cinta ini duhai Tuhanku, karena aku tidak pernah merugi dalam berdoa.

قَدْ فَرَى قَلْبِيْ الفِرَاقُ وَحَقًا # كَانَ يَوْمُ الفِرَاقِ شَيْئًا فَرِيَا

Perpisahan itu menjadikan hatiku gersang. Dan sungguh perpisahan adalah hari yang menyusahkan.

لَيْتَنِيْ مِتُ قَبْلَ هَذَا وَإِنِيْ # كُنْتُ نَسْياً يَوْمَ النَوَى مَنْسِيَا

Andaikan saja aku mati sebelum hari ini, niscaya pada hari perpisahan itu aku adalah orang yang terlupakan.

لَمْ يَكُ الهَجْرُ بِاخْتِيَارِيْ وَلَكِنْ # كَانَ أَمْرًا مُقَدَرًا مَقْضِيَا

Perpisahan ini bukanlah kehendakku, akan tetapi ini semua adalah sesuatu yang telah di takdirkan.

 يَا خَلِيْلَيَ خَلِيَانِيْ وَعِشْقِيْ # أَنَا أَوْلَى بِنَارِ وَجْدِيْ صِلِيَا

Duhai dua kekasihku, tinggalkanlah aku sendiri dengan kerinduanku. Aku adalah orang yang paling layak terbakar oleh api kerinduanku sendiri.

إِنَ لِيْ فِيْ الفِرَاقِ دَمْعًا مُطِيْعًا # وَفُؤَادًا صَيِبًا وَصَبْرًا عِصِيَا

Dalam perpisahan ini, air mataku menuruti kata hati yang membuncah dan kesabaranku pun sulit untuk kompromi.

أَنَا فِيْ هَجْرِهِمْ وَصَلْتُ سُهَادِيْ # فَصِلَانِيْ أَوِ اهْجُرَانِيْ مَلِيَا

Dalam perpisahan dengan mereka, aku sambung kembali mimpi panjangku. Maka kalian berdua boleh menyambung denganku atau meninggalkan diriku seterusnya.

أَنَا مِنْ عَاذِلِيْ وَحِبِيْ وَقَلْبِيْ # حَائِرٌ أَيُهُمْ أَشَدُ عِتِيَا
Entah, siapakah di antara orang yang mencelaku, yang mencintaiku dan hatiku sendiri. Aku bingung siapakah di antara mereka yang paling keras.

أَنَا شَيْخُ الغَرَامِ مَنْ يَتَبِعْنِيْ # أَهْدِهِ فِيْ الهَوَى صِرَاطًا سَوِيَا


 Saya adalah Syaikh yang mabuk rindu, siapa yang mengikutiku maka akan ku tunjukkan kepadanya jalan yang lurus.

أَنَا مَيْتُ الهَوَى وَيَوْمَ أَرَاهُمْ # ذَلِكَ اليَوْمُ يَوْمُ يُبْعَثُ حَيَا
Aku adalah orang yang meninggal karena rindu. Dan pada hari aku melihat mereka, ya di hari itulah aku di bangkitkan untuk hidup kembali.



Hadis-2 Allah Memerangi Orang Yang Memusuhi Wali-Mujahadah-Fana’


            Diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam beliau bersabda:
إن الله تعالى قال : من عادى لي وليا فقد آذنته بالحرب وما تقرب إلى عبدي بشئ أحب إلي مما افترضته عليه ولا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها ولئن سألني لأعطينه ولئن استعاذني لأعيذنه
Allah Ta’ala berfirman: siapa saja yang memusuhi kekasihku, maka sungguh aku telah memberi tanda permusuhan kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaku dengan sesuatu yang lebih aku cintai melebihi apa yang aku wajibkan kepadanya. Hambaku selalu berusaha mendekat kepadaku dengan banyak melakukan amaliah-amaliah yang bersifat sunnah, hingga aku mencintainya. Ketika aku sudah mencintainya, maka akulah (yang menjaga) pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, (akulah yang menjaga) penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, (akulah yang menjaga) tangannya yang ia gunakan untuk melakukan sesuatu dan (akulah yang menjaga) kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta sesuatu kepadaku, pasti aku akan memberikannya dan jika ia meminta perlindungan dariku, niscaya aku akan melindunginya”.
            Hadis di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam buku Shahihnya dengan melalui beberapa sanad, di antaranya riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah, Abi Umamah, Sayyidina Ali, Anas, Mu’adz dan Hudzaifah.
            Dalam hadis ini dijelaskan dasar awal dari Thariqah dan puncaknya. Karena para sufi memulainya dengan melakukan Mujahadah atau bersusah payah melawan nafsunya sendiri. Mereka berperang melawan nafsunya sendiri dan selalu berusaha untuk membersihkan hatinya dari hal apapun yang menjauhkan dirinya dari Allah Ta’ala. Ia selalu menghiasi hatinya dengan segala sesuatu yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, baik itu berupa ucapan, perbuatan maupun tingkah laku. Dan ia selalu menghadap kepada Allah serta tunduk di hadapannya dalam setiap waktu dan kondisi apapun itu, sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri, hingga akhirnya dia mencapai tingkatan Fana’. Siapa saja dari mereka yang sudah mencapai tingkatan ini, maka dia adalah kekasih Allah yang selalu di perhatikan, dia adalah didikan Allah yang selalu dijaga. Ia sirna dari melihat dirinya sendiri dan hanya tetap melihat Allah semata. Maka Allah lah yang mengatur segala urusannya dan menjaga rahasianya. Karenanya Allah yang menjaga pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Karena Allah lah yang mengatur semua urusannya.

Hadis 1 Ihsan-Muroqobah-Musyahadah


            Di riwayatkan oleh Sayyidina Umar Ibnul Khattab, beliau berkata:
بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال : صدقت فعجبنا له يسأله ويصدقه قال : فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال : صدقت قال : فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال : فأخبرني عن الساعة قال ما المسئول عنها بأعلم من السائل قال : فأخبرني عن أماراتها قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبثت مليا ثم قال يا عمر أتدري من السائل ؟ قلت : الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم
Suatu hari, kami sedang duduk di samping baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Tiba-tiba muncul sesosok lelaki yang berpakaian sangat putih sekali, dengan rambut yang sangat hitam sekali. Pada dirinya tidak Nampak tanda-tanda bepergian dan dari kami tidak ada yang mengenalnya sama sekali hingga akhirnya ia duduk di depan baginda Nabi, lalu menyandarkan kedua lututnya kepada dua lutut baginda Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha baginda Nabi, kemudian dia bertanya: “Hai Muhammad, jelaskanlah kepadaku tentang apa itu Islam?”, baginda Nabi menjawab: “Islam adalah jika engkau bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, lalu engkau mendirikan Shalat, membayar Zakat,  berpuasa di bulan Ramadhan dan berangkat haji di Baitullah jika memang engkau mampu”. Lelaki tersebut berkata: “Kau benar wahai Muhammad”. Maka kami (para sahabat) pun heran akan tingkah laku lelaki tadi, dia bertanya kepada baginda Nabi dan membenarkannya. Kemudian lelaki itu bertanya lagi: “Jelaskanlah kepadaku, apa itu iman?”, baginda Nabi berkata: “Iman adalah engkau percaya terhadap Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab (yang diturunkan oleh)-Nya, para utusan-Nya, hari akhir dan engkau beriman pada Qadar, baik yang jelek atau yang baik”. Lelaki itu berkata lagi: “Engkau benar”, lalu dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang Ihsan”. Baginda Nabi bersabda: “Jika engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya atau jika engkau tidak mampu untuk seakan-akan melihat-Nya, maka beribadahlah dengan perasaan bahwa engkau selalu di perhatikan oleh Allah”. Lelaki itu bertanya lagi: “Jelaskanlah kepadaku tentang hari kiamat?”. Baginda Nabi bersabda: “Orang yang di Tanya tidaklah lebih mengetahui dari pada orang yang bertanya”. Lelaki itu bertanya lagi: “kalau demikian, jelaskan kepadaku tentang tanda-tanda kiamat?”. Baginda Nabi berkata: “Jika ada seorang budak perempuan melahirkan tuannya, engkau melihat orang-orang yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian lagi miskin serta menjadi penggembala kambing, mereka banyak mendirikan bangunan yang tinggi-tinggi”. Setelah itu, lelaki tersebut menghilang entah kemana, lalu baginda Nabi bertanya kepadaku: “Umar, tahukan engkau siapa lelaki itu?”. Umar menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Baginda Nabi berkata: “dia adalah Jibril yang dating kepada kalian tentang agama kalian”.
Hadis di atas adalah riwayat Imam Muslim dalam buku shahihnya, juga riwayat Bukhari dan Muslim dari hadis riwayat Abu Hurairah. Hadis ini di riwayatkan dengan berbagai redaksi dan dari berbagai riwayat, ia termasuk dalam hadis yang Mustafidh. Al-Harawi dalam bukunya yang berjudul Manaazilus Sa’irin: “Dalam hadis ini sudah terdapat Isyarat yang secara umum menjelaskan Madzhab kelompok ini (Sufi)”. Komentator dari buku Manaazilus Sa’irin berkata: “Karena pokok dari Thariqah adalah kesempurnaan dari ma’rifat dan selalu Muroqobah terhadap Allah Yang Maha Benar dalam semua gerak gerik dan diam, bahkan dalam setiap tarikan nafas dan pengamatan, hingga kekuasaan Allah Yang Haq benar-benar menguasai hati, hingga apapun yang menjadi tempat bergantungnya hati selain Allah—baik berupa sebuah kondisi tertentu atau peristiwa tertentu—pun menjadi hancur lebur”.
Ihsan telah mencakup dua kedudukan ini, yaitu Muroqobah dan Musyahadah. Hadis di atas memulai dengan menjelaskan Musyahadah karena memang tinggi dan mulianya tingkatan dari Musyahadah itu sendiri, bahkan Musyahadah inilah yang merupakan tujuan dari Muroqobah itu sendiri. Adapun orang yang sedang meniti jalan kesufian untuk naik tingkatan, maka hendaknya dia memulai dari Muroqobah yang jika seseorang selalu melakukannya, maka dia akan mencapai tingkatan Musyahadah itu sendiri. Maka dari itu, saat Al-Junaid hendak masuk dalam Thariqah ini dan pergi menuju ke rumah paman serta gurunya—Sirri As-Saqathi—lalu mengungkapkan semua keinginannya, sang guru berkata kepadanya: “Duhai putraku, saya akan menuntunmu untuk mengucapkan 3 kalimat, yang nantinya ucapkanlah 3 kalimat tersebut saat engkau hendak tidur malam. Ketiga kalimat itu adalah sebagai berikut:
الله معي. الله ناظر إلي. الله شاهد علي
(pertolongan) Allah bersamaku. Allah selalu melihatku. Allah selalu menyaksikanku
Al-Junaid berkata: “Saya selalu melafadlkan kata-kata ini hampir satu bulan”. Lalu guruku berkata kepadaku: “Duhai anakku, jika Allah selalu bersamamu, selalu melihatmu dan selalu memperhatikanmu, apakah layak bagimu untuk mendurhakainya?”. Al-Junaid berkata: “maka Allah pun memberikan manfaat kepadaku melalui kalimat-kalimat di atas dalam sepanjang hidupku. Setiap kali aku ingin melakukan Ma’siat maka aku ingat kata-kata ini hingga akhirnya, aku pun tidak pernah mendurhakai Allah sama sekali”. Coba perhatikan, bagaimana seorang Sirri As-Saqathi menuntun muridnya—Al-Junaid—untuk selalu melakukan Muroqobah karena itu bisa mengantarkan seseorang untuk mencapai derajat Musyahadah.
Adapun melihat Allah dengan mata kepala, maka itu adalah keistimewaan yang di berikan hanya kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan tidak di berikan kepada selain beliau. Ibnu Abbas berkata: “Allah memberikan Al-Khullah (pilihan kekasih) kepada Nabi Ibrahim, sedang Kalam (di ajak bicara Allah) kepada Nabi Musa dan melihat Allah kepada Nabi Muhammad”. Dalam buku Shahih Muslim di sebutkan sebuah Hadis tentang masalah Dajjal, di sana di kisahkan bahwa Dajjal berkata: “Saya adalah tuhan kalian”.  Baginda Nabi bersabda: “Ketahuilah bahwa kalian tidak akan bisa melihat Tuhan kalian, hingga kalian mati”. Imam Malik ditanya: “Kenapa orang-orang yang beriman tidak bisa melihat Tuhan mereka di dunia ini?”. Imam Malik menjawab: “Karena mereka di dunia ini akan rusak. Sesuatu yang bisa rusak tidak bisa melihat sesuatu yang kekal. Ketika mereka di akhirat nanti, mereka akan di beri mata yang kekal, jadi mereka melihat sesuatu yang kekal dengan sesuatu yang kekal juga”.
Berkenaan dengan masalah melihat Allah ini, saya akan menceritakan sebuah kisah yang terjadi di Baghdad. Alkisah, ada seorang guru Thariqah yang di laporkan kepada Khalifah karena dia mengaku melihat Allah dengan mata kepalanya dan banyak saksi yang menetapkan dugaan ini. Maka di putuskan bahwa dia akan dibunuh sebagai hukuman. Saat-saat demikian, Syaikh Al-Quthb Al-Kabir Abdul Qadir Al-Jilani mengetahui hal itu—sedang beliau adalah seorang pengikut Madzhab Hanbali dan juga seorang sufi—dan kemudian pergi menemui Khalifah lalu berkata kepada beliau: “Ungkapan dan kata-kata tidak mampu untuk menjelaskan apa yang di kehendaki Syaikh Thariqah ini, sehingga keluar dari mulutnya kata-kata yang tidak ia kehendaki”. Khalifah bertanya: “Lalu apa yang dia kehendaki?”. Syaikh Abdul Qadir berkata: “Sebenarnya ia melihat Allah dengan mata hatinya, hanya saja cahaya mata batinnya memantul pada matanya, sehingga mata kepala itu melihat cahaya itu, lalu keluarlah ungkapan dan kata-kata yang kalian dengar itu”. Lalu Syaikh Thariqah itu berkata: “sungguh apa yang di katakan oleh syaikh abdul qadir adalah apa yang aku inginkan”.
Maka di keluarkanlah keputusan tentang pembebasan Syaikh tersebut dan penjelasan bahwa Akidah beliau adalah akidah yang benar. Dan memang beginilah umumnya ungkapan-ungkapan yang di kutip dari para guru-guru Thariqah dan Tasawwuf, semua ungkapan itu mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang benar dan masih bisa di Ta’wil  dengan benar pula, hanya saja orang-orang yang memang menentang Thariqah akan selalu berpaling dan berusaha untuk menyalahkannya.



Dari buku: Al-I’lam Bi Annat Tasawwuf Minal Islam. Karya: Al-Hafidz Abdullah Al-Ghummari

Powered by Blogger.
Advertise 650 x 90
 
Copyright © 2014. Anjangsana Suci Santri - All Rights Reserved | Template - Maskolis | Modifikasi by - Leony Li
Proudly powered by Blogger